SOLOPOS.COM - Seno Samodro (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Kinerja Bupati Seno Samodro kembali disorot. Penyebabnya, pertumbuhan ekonomi Boyolali di bawah rata-rata nasional.

Solopos.com, BOYOLALI — Bupati Boyolali Seno Samodro dinilai gagal membawa masyarakat Boyolali menjadi lebih sejahtera. Salah satu indikator utama rata-rata pertumbuhan ekonomi Boyolali sepanjang 2010-2014 jauh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan nasional.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dari data yang diterima Solopos.com, ekonomi Boyolali 2010-2014 rata-rata tumbuh 5,19% sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 6,2% dan pertumbuhan ekonomi nasional 5,8%. Wakil Ketua DPRD Boyolali, Tugiman B.Semita, menyampaikan beberapa capaian indikator makro ekonomi di Boyolali di bawah kepemimpinan Bupati Seno Samodro dinilai kurang memuaskan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kegagalan lain juga ditunjukkan oleh menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Pertumbuhan sektor pertanian selalu paling rendah dibanding sektor lainnya,” kata Tugiman, di sela-sela Sidang Paripurna Istimewa Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Boyolali, Kamis (2/4/2015).

Sementara itu, dalam LKPJ Tahun Anggaran 2014, DPRD Boyolali masih menyoroti soal ekonomi makro daerah khususnya inflasi tahun lalu yang cukup tinggi yakni mencapai 7,45%. Meskipun inflasi tahun 2014 lebih rendah dari inflasi tahun 2013 yang saat itu mencapai 8,21%, namun tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,48%.

“Ini artinya, pertumbuhan ekonomi tidak banyak dinikmati masyarakat karena tergerus inflasi,” tambah Ketua Panitia Khusus LKPJ Bupati Tahun Anggaran 2014, Agung Supardi.

Selain menyoroti ekonomi makro, Tugiman juga menyoroti beberapa kegagalan Bupati dalam meningkatkan kualitas sektor pendidikan tahun 2010-2014. Salah satu bentuk kegagalan adalah tidak tercapainya target angka partisipasi murni (APM) untuk jenjang pendidikan SMP/MTs.

“Target RPJMD [Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah] APM SMP/Mts 73,46%. Ini hanya terealisasi 73,00%. Yang paling parah adalah realisasi kinerja untuk program sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium dan perpustakaan, baik di jenjang SD, SMP, dan SMA semuanya jauh di bawah target.”

Menurut Tugiman, realisasi ini menjadi pukulan telak karena bupati terlalu fokus pada pembangunan perkantoran yang menghabiskan dana luar biasa. Menanggapi pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah ekonomi nasional, Bupati Seno Samodro berharap masyarakat juga memperhatikan tingginya potensi angka semu dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi salah satunya dihitung dari jumlah uang beredar dan pembiayaan perbankan. Saya kasih contoh, kalau mau kredit di bank sampai Rp2 miliar, bank di Boyolali tidak mau melayani, pasti dilayani di Solo. Hitungannya masuk Solo,” ujar Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya