SOLOPOS.COM - Ki Semar, Sosok Leluhur Jawa yang Bijaksana (Instagram/@art_coppers)

Solopos.com, SEMARANG — Semar dikenal sebagai perwujudan Bathara Ismaya yang turun dari Madyapada atau kahyangan tempat para dewa ke Marcapada atau dunia fana untuk menjadi pamong ksatria agung. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana dalam memberikan wejangan kepada para ksatria.

Bagi para ksatria, Semar adalah figur yang waskitha ngerti sadurunge winarah (tahu sebelum sesuatu terjadi). Oleh karena itu, kedatangannya memiliki peran yang besar bagi para ksatria karena diyakini mendatangkan keberanaran dan keberuntungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Siapa Ki Semar Leluhur Tanah Jawa? Inikah Jawabannya?

Dilansir dari sebuah kajian dari situs staff.uny.ac.id dengan judul Mengkaji Nilai Luhur Tokoh Semar, Rabu (19/1/2022), saat masih berada di Madyapada, Ki Semar yang berwujud Bathara Ismaya ini dikenal sebagai sosok yang paling perkasa. Para dewa di kayangan selalu tunduk dan patuh terhadap sosoknya. Bahkan Batara Kala beserta dengan tentara jinnya pun masih terlalu kecil bila dihadapankan dengan Ki Semar yang juga dijuluki Sang Pamomong Agung itu.

Baca juga: Goa Semar, Pertapaan Pejabat Indonesia

Dalam buku pakem pewayangan dijelaskan mengenai ajaran Pancawisaya yang berisi refleksi kebijaksanaan hidup. Ajaran ini diturunkan oleh Semar kepada Arjuna yang sedang melakukan pengembaraan.

Selama mengembara, Arjuna mengalami kesedihan karena dia dan pandawa lainnya kehilangan sosok ayah, yaitu Prabu Pandhu Dewanata. Mengetahui hal tersebut, Semar merasa prihatin dan kemudian memberikan dukungan kepada Arjuna dan para pandawa.

Ajaran Pancawisaya

Di saat itulah dia memberikan wejangan Pancawisaya yang terdiri dari lima kata-kata bijak yaitu Rogarda yang artinya kalau ditimpa rasa sakit pada tubuh berusahalah sungguh-sungguh dan menerima dengan rela hati.

Kemudian ada Sangsarada yang artinya kalau ditimpa sengsara badan, berusahalah menahan dan berbesar hati. Wirangharda, jika ditimpa rasa  sakit hati, berusahalah tata, titi, kokoh pendirian dan berbesar hati.

Selanjutnya Cuwarda, jika ditimpa kesengsaraan hati, berusahalah untuk tenang, waspada dan ingat. Dan yang terakhir adalah Durgarda, yang artinya jika ditimpa hambatan hati, berusahalah percaya diri dan yakin terhadap kekuasaan Tuhan.

Baca juga: Asal-Usul Semar, Nenek Moyang Orang Jawa

Semua wejangan Ki Semar ini membuat pikiran dan hati Arjuna tenang dan tabah dalam melakukan perjuangan hidup. Meskipun seorang punakawan atau batur (abdi), wejangan yang dia berikan kepada Arjuna menunjukan bahwa sosoknya memiliki karakter yang bijaksana, penuh wibawa, dan berwawasan luas.

Ajaran Pancawisaya itu juga dikaitkan dengan simbol lima dan ungkapan lain yang mengandung nilai filosofis dan mistis yang berkembang dalam budaya Jawa hingga saat ini.

Baca juga: Gua Semar, Pertapaan Soeharto Cari Wangsit untuk Jadi Presiden

Selain menjadi pembina pandawa, di Marcapada, Ki Semar selalu menjadi pamong, pendamping dan penasehat para  raja serta ksatria luhur. Prabu Kresna, Raja Dwarawati yang dianggap kondang akan kecerdikan dan kebijaksanaannya itu masih bersikap santun jika berada di hadapannya.

Saran-saran Ki Semar selalu menjadi bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan penting. Bahkan bagi pandawa, Semar dianggap sebagai kamus hidup dan pelita yang mampu menerangi sewaktu dirundung kegelapan. Maka dari itu, sudah amat wajar bila ada yang menyebutnya sebagai kawula pinandhita (rekan yang dianggap sebagai rohaniwan).

Baca juga: Apakah Semar dan Sabdo Palon Orang yang Sama?

Secara implisit, tokoh Ki Semar yang memberi pengayoman ini memiliki arti Ilahi. Bagi orang yang sedang dalam usaha untuk kemajuan rohaninya, tentu akan membutuhkan seorang guru sejati. Sosok itu dianggap ada pada diri Ki Semar.

Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Ki Semar ditafsirkan dalam frasa bahasa Jawa yang berbunyi rasa eling yang berarti kesadaran untuk selalu ingat. Rasa eling inilah yang memimpin hidup manusia dan melindungi dari segala godaan. Sedangkan rasa eling yang paling dalam adalah kontrol pada setiap pribadi manusia masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya