SOLOPOS.COM - Konferensi pers pengungkapan kasus tindak pidana penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar Khilafatul Muslimin di Mapol Wonogiri, Kamis (16/6/2022). Basis Khilafatul Muslimin berada di Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga masyarakat Dusun Jaten, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri menentang kegiatan kelompok Khilafatul Muslimin. Masyarakat menganggap ajaran Islam yang dibawa Khilafatul Muslimin tidak sesuai keyakinan yang dianut masyarakat selama ini.

Ketua RT 001 Dusun Jaten, Desa Wonokerto, Ridiyanto, 51, menceritakan salah satu anggota Khilfatul Muslimin, AR, semula mengumpulkan warga untuk pengajian di masjid Dusun Jaten sekitar tahun 2014. AR yang juga warga setempat mengajak satu orang dalam pengajian itu berlaku seperti ustaz.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah pengajian berlangsung, masyarakat yang datang diajak AR untuk berbaiat masuk Khilafatul Muslimin. Tetapi warga menolak ajakan berbaiat dan memilih pulang.

“Waktu itu, warga datang karena mengira hanya pengajian biasa. Ternyata kami disuruh baiat masuk Khilafatul Muslimin. Alasannya, kami dianggap masih di dalam dunia kegelapan. Katanya, kalau enggak mau baiat, kami akan masuk ke dalam kegelapan atau neraka semuanya” kata Ridiyanto saat ditemui Solopos.com di Dusun Jaten, Jumat (17/6/2022).

Mengetahui hal tersebut, warga yang mengikuti pengajian memilih pulang. Tidak ada warga yang mau dibaiat meski telah dibujuk dan ditakuti-takuti masuk neraka. Menurut AR segala perbuatan baik warga, seperti salat dan sedekah tidak akan diterima selama warga tidak berbaiat.

Baca Juga: 7 Anggota Khilafatul Muslimin di Wonokerto Wonogiri Ditangkap

“Jadi, walaupun kami menolong orang, salat, dan sedekah, tetap enggak bakal diterima ibadahnya. Kami dianggap tetap akan masuk ke neraka. Saya pribadi enggak mau kalau dipaksa-paksa. Gimana ya, rasanya enggak nyaman,” ujar dia.

Selain itu, sambung Ridiyanto, kelompok Khilafaul Muslimim tidak mengakui pemerintah dan negara Indonesia. Mereka enggan mengikuti pemilihan yang diselenggarakan pemerintah. Bahkan mereka seperti mendirikan negara sendiri. Mereka mempunyai bupati, gubernur, dan presiden sendiri.

Khilafatul Muslimin membuat sistem pendidikan yang berbeda dengan pemerintah. Sistem pendidikan pada Khilafatul Muslimin jenjang SD hanya ditempuh dalam waktu tiga tahun, SMP selama dua tahun, SMA selama dua tahun, perguruan tinggi selama dua tahun.

“Di sini digunakan sebagai pendidikan tingkat SD. Kalau SMP, saya dengar ada di Bekasi. Kuliahnya hanya dua tahun. Kalau mau jadi sarjana cukup kuliah dua tahun.” ucap Ridiyanto.

Baca Juga: Gelar Kampanye Kebangkitan Khilafah, Apa Itu Khilafatul Muslimin?

Sebelum mendirikan sekolah berasrama pada 21 Februari 2021, kegiatan Khilafatul Muslimin sudah berjalan. Mereka kerap mengadakan majelis taklim setiap malam selasa.

Semua jemaah yang mengikuti kegiatas tersebut merupakan warga dari luar Wonogiri, kecuali AR. Sementara warga setempat tidak pernah mengikuti.

Pendirian sekolah yang dinamakan Madrasah Ibtidaiyah Usman Bin Affan Ukhuwah Islmaiyah Khilafatul Muslmin tidak ada izin dari pemerintah. Mereka mendirikan asrama dan sekolah di tanah yang dibeli dari orang tua AR.

Ada sekitar 30 orang yang berada dalam sekolah tersebut. Sebanyak 15 di antaranya adalah siswa yang masih berusia lima sampai tujuh tahun. Semua siswa bukan warga Wonogiri. Mereka berasal dari luar kota seperti Jepara, Klaten, dan Sragen.

Baca Juga: Pimpinan Khilafatul Muslimin Jateng dan Klaten Jadi Tersangka

“Setiap malam ada dua penjaga laki-laki di pos yang didirikan di depan sekolah dan asrama. Mereka juga pernah mengadakan konvoi atau pawai berjalan di jalan desa,” imbuh ketua RT itu.

Ridiyanto menegaskan, warga Dusun Jaten menentang keras kegiatan Khilafatul Muslimin. Pun apabila anggota Khilafatul Muslimin telah bebas atau diizinkan kembali mengadakan kegiatan, masyarakat tidak akan mengizinkan mereka untuk berkegiatan kembali di Desa Wonokerto.

Salah seorang warga setempat, Sutino, menuturkan kelompok Khilafatul Muslimin tidak pernah bersosiasliasi kepada warga sekitar. Mereka sangat tertutup.
Bahkan Sutino tidak mengenal satu pun anggota Khilafatul Muslimin kecuali AR. Padahal rumah Sutino persis di depan sekolah asrama Khilafatul Muslimin.

“Setiap hari ada kegiatan belajar mengajar sejak satu tahun lalu. Tapi kegiatan mereka tidak sampai mengganggu,” kata dia.

Baca Juga: Kesbangpol Jateng: Khilafatul Muslimin Paling Banyak di Soloraya

Kepala Desa (Kades) Wonokerto, Suyanto, mengatakan Kelompok Khilafatul Muslimin telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan di Desa Wonokerto sejak 2021. Warga menolak kegiatan tersebut. Bahkan pamflet-pamflet dan spanduk sudah terpasang di jalan-jalan sekitar tempat kegiatan.

“Pemerintah Desa sudah kerap mengingatkan kelompok tersebut. Kami bertindak persuasif kepada mereka. Beberapa kali kami mengunjungi mereka agar mereka berhenti melakukan kegiatan pendidikan di Desa Wonokerto. Tapi ternyata mereka tetap mengadakan kegiatan,” ujar Suyanto ketika dihubungi Solopos.com, Kamis (16/6/2022) sore.

Dia menambahkan, tidak ada anggota masyarakat Desa Wonokerto yang mengikuti kegiatan Khilafatul Muslimin. Semua anggota Khilafatul Muslimin di desanya merupakan pendatang dari luar kota.



Pemerintah desa selalu memantau dan mengingatkan kepada warga agar tidak bergabung kelompok Khilafatul Muslimin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya