SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati wisata kuliner Pasar Doplang, Slogohimo, Wonogiri. Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19. (Istimewa)

Banner Wisata Joglosemar

Solopos.com, WONOGIRI — Pasar Doplang dengan segala keunikannya kini menjadi salah satu objek wisata kuliner jajanan tradisional populer di Kabupaten Wonogiri. Selain unik, pasar itu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan Jawa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pasar yang hadir mulai 2018 ini berada di wilayah Wonogiri bagian timur, tepatnya di Dusun Kembar, Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo.

Meski berjarak 36 kilometer dari pusat kota Wonogiri, pencinta makanan dan minuman tradisional khas jawa wajib mengunjungi Pasar Doplang saat berkunjung ke Wonogiri.

Saat ini, karena masa pandemi Covid-19, pasar kuliner khas Wonogiri ini memang tutup untuk sementara demi menghindari kerumunan yang berpotensi terjadi persebaran virus corona.

Baca Juga: Asyik, Wisata Kuliner Pasar Doplang Wonogiri Mulai Buka

Pada situasi normal, wisata kuliner Pasar Doplang Wonogiri buka tiap Minggu pagi mulai pukul 06.00 WIB hingga barang dagangan penjual habis. Biasanya, aneka menu kuliner yang dijual pedagang ludes terjual pada pukul 10.00 WIB.

Ada berbagai jenis menu kuliner tradisional yang dijajakan pedagang di Pasar Doplang. Ada gatot, gronthol, besengek, tiwul, sego bancakan, cabuk, puli hingga wedang uwuh. Semua menu itu dijamin bikin pengunjung bernostalgia sekaligus sebagai klangenan.

Sehat Dan Alami Tanpa Bahan Kimia

Namun, bagi yang ingin jajanan modern, Pasar Doplang juga menyediakan aneka jajanan kekinian seperti bakso bakar, sosis bakar, dan sejenisnya.

wisata kuliner pasar doplang wonogiri
Pedagang di lokasi wisata kuliner Pasar Doplang, Slogohimo, Wonogiri, menawarkan dagangan kepada pengunjung. Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19. (Istimewa)

“Ada 140-an jenis kuliner di Pasar Doplang. Namun tetap didominasi makanan tradisional yang sehat dan alami. Anti bahan kimia dan pewarna buatan,” kata Pengelola Pasar Doplang, Abdul Wahid Ahmadi, kepada Solopos.com, Sabtu (3/7/2021).

Baca Juga: Wisata Kuliner Pasar Doplang Slogohimo Batal Buka Lagi Gegara Status Zona Merah Wonogiri

Semua makanan yang disediakan oleh 66-70 pedagang itu bisa dinikmati langsung di tempat atau dibawa pulang. Namun yang pasti semua makanan dari sana dibungkus menggunakan daun jati dan daun pisang.

Pasar itu mempunyai konsep Doplang antiplastik. Penjual tidak menyediakan plastik, pengunjung juga dilarang membawa plastik ke dalam area pasar. Tidak ada selembar plastik pun di sana.

Jika pembeli pulang membawa makan, pengelola objek wisata menyediakan tas kain yang dijual seharga Rp5.000. Alat transaksi jual-beli mengadopsi konsep transaksi zaman dahulu alias tidak menggunakan uang rupiah.

Wajib Berbicara Dalam Bahasa Jawa

Pengunjung yang akan membeli jajanan terlebih dahulu harus menukarkan uang dengan kepingan dari kayu jati berbentuk bulat. Penukaran dilakukan di Bank Kuliner di area pasar.

Baca Juga: Baru Buka Sekali, Wisata Kuliner Pasar Doplang Wonogiri Harus Tutup Lagi

“Kepingan itu ada tulisan 1, 5, 10, 20, dan 50. Kalau satu bernilai Rp1.000, 10 berarti Rp10.000. Begitu seterusnya. Tinggal pembeli itu mau menukar uang sebanyak berapa kami layani,” ungkapnya.

Pasar yang diinisiasi oleh Dasawisma RT 002/RW 001, Dusun Kembar, itu menjunjung tinggi sekaligus melestarikan budaya Jawa. Setiap orang yang masuk ke pasar itu diwajibkan berbicara menggunakan bahasa Jawa.

Para pengunjung akan disambut pengelola dan pedagang yang berbicara dalam bahasa krama inggil. Selain itu, para pedagang, pengelola hingga tukang parkir wajib memakai pakaian lurik adat Jawa saat berada di lingkungan pasar.

pasar kuliner wisata doplang wonogiri
Pengunjung mengantre membeli makanan di Pasar Doplang di Slogohimo, Wonogiri. Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19. (Istimewa)

Pasar Doplang berlokasi di area kebun kayu jati dengan luas 4.000 meter persegi. Lapak pedagang yang terbuat dari bambu berada di pinggir area kebun.

Baca Juga: Unik! Pasar Doplang Wonogiri Bebas Plastik

Sedangkan di tengah area pasar diberi tempat duduk dari bambu dan digelar tikar yang bisa digunakan untuk tempat makan pengunjung.

Sembari makan di area pasar, pengunjung bisa menikmati pemandangan hamparan sawah yang ditanami padi dan palawija di sekitar pasar. Semilir angin di sana membuat betah para pengunjung saat menikmati kuliner.

Pengunjung Banyak Dari Luar Kota

“Kalau pengunjung bilangnya nyaman dan syahdu. Apalagi semua makanan dibungkus daun jati atau daun pisang. Katanya ketika daun pisang itu terkena makanan hangat, aroma nikmatnya bertambah,” ujarnya.



Pengunjung Pasar Doplang didominasi rombongan keluarga. Tidak hanya dari wilayah Wonogiri, pengunjung yang datang ke sana juga berasal dari Yogyakarta dan Jawa Timur. Rata-rata mereka lebih memilih makan di tempat kemudian ada makanan yang dibungkus dan dibawa pulang.

Baca Juga: Pasar Dhoplang Wonogiri, Surga Kuliner Jadul yang Haramkan Plastik

“Kami yakin mereka ke Pasar Doplang itu tujuannya untuk mencicipi kuliner atau makan. Bersama keluarga, Minggu pagi, makan di bawah pohon jati, menikmati kesejukan pagi dan santai bareng. Begitu kondisinya,” kata Wahid.

Tak hanya disuguhi makanan lezat dan pemandangan indah, di pasar itu selalu ada hiburan kesenian tradisional yang ditampilkan di panggung. Hiburan setiap pekan berganti-ganti mulai dari musik angklung, karawitan, dan kesenian jawa lainnya.

Menurut Wahid, rata-rata pengunjung Pasar Doplang sebelum pandemi antara 900 orang hingga 1.200 orang setiap kali buka. Jumlah pendapatan yang diperoleh berkisar Rp36 juta hingga Rp46 juta.

Pengembangan Desa Wisata

Penghasilan terbanyak didapat ketika memperingati hari jadi pertama Pasar Doplang pada 11 November 2019. Saat itu pendapatan mencapai Rp80 juta. Acara dikemas dengan mengadakan lomba tembang macapat se-Kabupaten Wonogiri.

Baca Juga: Watu Cenik Sendang Wonogiri: Tempat Bertapa Yang Kini Jadi Objek Wisata

Atas potensi itu, pengelola pasar berinisiatif membuat desa wisata dengan menyerahkan pengelolaan kepada pemerintah desa. Ke depan Desa Pandan akan dijadikan desa wisata diawali dengan daya tarik Pasar Doplang.

Potensi wisata desa yang bisa dikembangkan di Pandan di antaranya agrowisata pertanian, peternakan susu kambing, keterampilan remaja dan pengembangan wisata religi Hutan Donoloyo.

Selama pandemi Covid-19, Pasar Doplang baru buka satu kali, tepatnya pada 13 Juni 2021. Saat ini pasar kembali tutup mengingat risiko persebaran Covid-19 masih tinggi.

“Kemarin saat kali pertama buka selama pandemi animo masyarakat lumayan bagus. Meski yang berjualan belum sampai 50 orang, penghasilan yang didapat sekitar Rp22 juta lebih,” kata Wahid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya