SOLOPOS.COM - Patung sosok Mangkunegoro VI di Kompleks Astana Oetara, Nusukan, Banjarsari, Solo, Minggu (13/2/2022) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Pasarean Astana Oetara di Nusukan, Banjarsari, Solo, yang menjadi lokasi makam Mangkunagoro (MN) VI memiliki banyak keunikan. Pemilihan lokasi itu sebagai pemakaman MN VI sendiri juga cukup unik.

Sebagai adipati yang pernah bertakhta di Praja Mangkunegaran Solo, MN VI tidak dimakamkan di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar, yang selama ini menjadi tempat permakaman para pemimpin Mangkunegaran.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sosok adipati yang memimpin pada periode 1896-1916 itu justru dimakamkan di Pasarean Astana Oetara di Nusukan, Banjarsari, Solo, saat meninggal pada 25 Juni 1928. Tempat itu dipilih agar MN VI dekat dengan rakyat.

Baca Juga: Mangkunagoro VI, Sosok Pembaharu yang Dekat dengan Warga Tionghoa

Terlebih tempat itu pernah menjadi wilayah perlawanannya terhadap pemerintah Belanda. Pasarean Astana Oetara terletak di tengah Kampung Nayu, Nusukan. Solo. Kanan kiri, depan dan belakang pasarean itu terdapat rumah-rumah warga.

Pembangunan pasarean seluas lebih kurang 1,4 hektare tersebut dilakukan pada 1926, dua tahun sebelum MN VI mangkat. Di tempat itu tidak hanya ada makam dari MN VI, tapi juga makam anak keturunan dan pegawainya.

Arsitektur Jawa dan Eropa

Terutama pegawai yang dianggap berjasa besar saat kepemimpinan MN VI. Informasi itu diperoleh Solopos.com dari siaran pers Gugus Tugas Komunikasi Astana Oetara Perkumpulan Badan Hukum Soejono Soewasti, Minggu (13/2/2022).

Baca Juga: Napak Tilas MN VI: Radya Pustaka Solo, Thiong Ting, dan Astana Oetara

Disebutkan, Astana Oetara di Nayu, Nusukan, Solo, memiliki keunikan tersendiri dengan desain arsitektur bergaya Art Nouveau perpaduan arsitektur Jawa dan Eropa. Desain itu lah yang membedakan Astana Oetara dengan makam adipati lain Mangkunegaran.

Dijelaskan pula, arsitek dari Astana Oetara yaitu Ir. Soekarno, yang pada kemudian hari menjadi Presiden RI. Di Astana Oetara terdapat juga makam perintis Kemerdekaan RI, KPH Soejono Handajaningrat, yang tak lain putra MN VI.

Ada juga makam KRMH Jonosewojo Handajaningrat, tokoh reformasi Roy BB Janis, serta para pejuang kemerdekaan dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di kompleks yang tak seberapa luas itu terdapat empat bangunan utama.

Baca Juga: Kemuning Era Mangkunagoro IV: Pernah Jadi Sentra Kebun Kopi Soloraya

Keempat bangunan itu bernama Kedaton Makam KGPAA Mangkunegoro VI, Pendapa Pantjasila Ing Handayaningratan, Masjid Astana oetara, dan Galeri. Pendapa Pantjasila Ing Handayaningratan jadi pusat berbagai kegiatan masyarakat.

Status Cagar Budaya

Mulai dari kegiatan kesenian, budaya dan keagamaan dilaksanakan di sana. Seperti kegiatan budaya Laras Madyo, Mocopatan, diskusi kebudayaan, kegiatan ibadah dan Grebeg Astana Oetara. Pada 21 Mei 2021 Astana Oetara di Nayu, Nusukan, Solo, jadi cagar budaya.

Penetapan status cagar budaya Astana Oetara oleh Pemkot Solo melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota Solo Nomor 432.22/50/1 Tahun 2021. Pasarean itu dikelola Perkumpulan Keluarga Soejono Soewasti yang dari trah MN VI.

Baca Juga: Ada MCK Kuno Era Mangkunagoro VII di Kestalan Solo, Begini Sejarahnya

Lurah Nusukan, Arik Ramadhani, mengatakan sangat mendukung berbagai kegiatan budaya, kesenian dan sejarah di Astana Oetara. Menurut dia kegiatan seperti itu penting untuk mengedukasi generasi muda agar cinta budaya.

“Alhamdulillah dalam peringatan HUT Kota Solo ada kegiatan napak tilas Sang Adipati MN VI. Nusukan kebetulan punya slogan Nusukan Berbudaya sehingga akan kami gunakan dan perkenalkan ke teman-teman,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya