SOLOPOS.COM - Ketua Umum PPP Periode 2021-2026 Suharso Monoarfa. (Twitter-PPP)

Solopos.com, JAKARTA — Kelompok orang yang tergabung dalam Pecinta Kiai Nusantara melaporkan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, ke Bareskrim Polri.

“Kami melaporkan Suharso Monoarfa terkait penghinaan yang disampaikannya dalam acara antikorupsi di KPK dengan para kader PPP. Kami selaku santri yang tergabung dalam Peci Nusantara merasa tersinggung dan terhina atas pernyataannya,” kata Ketua Pecinta Kiai Nusantara, Alvin Mustofa Hasnil Haq, Kamis (25/8/2022).

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta ini juga menyebut banyak pihak telah melaporkan Suharso terkait hinaannya kepada para kiai. Dia berharap Suharso tidak kembali mengulangi hal yang sama dan menyinggung para kiai.

“Sudah ada beberapa laporan terkait hal ini ke kepolisian tapi yang ke Bareskrim baru saya. Harapannya Suharso sebagai publik figur tidak mengulangi kesalahannya yang bisa menyinggung seluruh kiai,” ucapnya.

Dia menuntut laporannya segera ditindaklanjuti sesuai hukum berlaku. “Kalau masalah pidana itu tergantung kepolisian dalam menyikapi laporan yang kami ajukan. Semoga sesuai dengan hukuman yang berlaku,” tuturnya.

Baca Juga : Jadi Kandidat Tunggal, Suharso Manoarfa Ketua Umum PPP

Alvin menggunakan Pasal 156 A KUHP. Suharso dianggap melanggar aturan perihal menyatakan kebencian atau penghinaan terhadap suatu agama atau golongan di muka umum.

Diberitakan sebelumnya Suharso menyinggung soal amplop kiai dalam pidato di acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk Partai Persatuan Pembangunan bekerja sama dengan KPK pada pertengahan Agustus.

Dalam acara yang dapat disaksikan melalui kanal YouTube ACLC KPK itu Suharso mengawali pidatonya dengan menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana tugas Ketua Umum PPP. Dirinya mesti bertandang ke beberapa kiai di pondok pesantren besar.

“Demi Allah dan rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan. Lalu saya pergi begitu saja. Ya saya minta didoakan kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dikirimi pesan WhatsApp. ‘Pak Plt tadi ninggalin apa gak untuk kiai’. Saya pikir ninggalin apa. Saya gak merasa tertinggal sesuatu di sana,” ujar Suharso kala itu.

Setelah itu Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan tanda mata. “‘Kalau datang ke beliau-beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan’. Wah saya gak bawa. Tanda matanya apa? Sarung? Peci? Alquran atau apa? ‘Kayak gak ngerti aja Pak Harso ini’,” ujarnya.

Baca Juga : Koalisi Golkar, PAN & PPP untuk Anies & Ganjar? Zulhas: Kenapa Tidak?

“Dan itu di mana-mana setiap ketemu, gak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salamannya gak ada amplopnya. Itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya