SOLOPOS.COM - Salah satu GTT senior di Kabupaten Wonogiri, Bibit Lilis Jarwanti, 45, berada di sekolah tempatnya mengajar, SDN 2 Sukomangu, Kecamatan Purwantoro, Senin (20/9/2021). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Guru tidak tetap (GTT) senior peserta uji kompetensi tahap I pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) guru di Kabupaten Wonogiri, 13-17 September 2021, diprediksi banyak yang tidak lolos seleksi.

Nilai yang diperoleh GTT dengan masa pengabdian lebih dari 10 tahun atau berusia lebih dari 45 tahun tersebut di bawah ambang batas (passing grade) yang ditentukan. Mereka menghadapi kendala internal karena faktor usia, seperti memori menurun, penglihatan kurang jelas, dan gugup/grogi sejak awal tes yang membuat mental drop sehingga tak bisa konsentrasi. Terlebih, materi ujian ternyata berbanding terbalik dengan materi yang dipelajari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masih ada peluang dengan mengikuti ujian kompetensi tahap II. Namun, persaingan di ujian tahap II dinilai lebih ketat karena tes juga diikuti guru bersertifikat pendidik (serdik). Ada pula tahap III, tetapi lowongan P3K guru pada tahap tersebut diperebutkan peserta dari daerah lain.

Baca juga:Ngegas, Mobil Tabrak Gerobak Hik & 2 Motor di Nonongan Solo, Tapi Langsung Kabur

Ekspedisi Mudik 2024

GTT peserta ujian kompetensi P3K, Bibit Lilis Jarwanti, 45, kepada Solopos.com, menyampaikan guru tidak tetap senior seperti dirinya kesulitan mengerjakan ujian, khususnya materi kompetensi teknis. Nilai kompetensi teknis yang diraih banyak GTT senior berada di bawah ambang batas meski sudah ditambahkan dengan nilai afirmasi. Hal itu diketahui dari hasil ujian yang ternyata banyak jawaban salah.

Meski, nilai dua materi kompetensi lainnya, yakni manajerial-sosiokultural dan wawancara di atas ambang batas, tetapi mereka kemungkinan tak lolos ujian. Peserta ujian dinyatakan lolos jika nilai semua materi kompetensi di atas ambang batas.

“Hasil ujian resmi memang baru akan diumumkan 24 September. Semoga saja ada keajaiban, sehingga saya bisa lolos ujian,” kata perempuan yang akrab disapa Lilis itu saat dihubungi, Senin (20/9/2021).

Baca juga: Misteri Pohon Wawungan di Gua Pangeran Mangkubumi Sragen, Diambil Kayunya Bikin Musibah

Kesulitan

Menurut GTT yang sudah mengajar di kelas III SDN 2 Sukomangu, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri selama lebih dari 13 tahun itu, GTT yang berusia 45 tahun lebih kesulitan mengerjakan soal kompetensi teknis.

Penyebabnya ada dua faktor, yakni faktor penguasaan materi ujian dan faktor internal yang timbul karena usia tua. Materi kompetensi teknis yang diujikan dugaan ternyata ihwal sistem pengajaran kelas atas, yakni kelas IV-VI.

Sementara, GTT senior mayoritas hanya mempelajari materi sistem pengajaran kelas bawah, yakni kelas I-III. Sebab, GTT senior kebanyakan mengajar di kelas bawah. Materi yang dipelajari mereka terdapat di modul Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIM PKB).

“Waktu membuka soal dan tahu ternyata materi yang diujikan soal pengajaran di kelas atas, saya langsung drop, grogi. Saya belajar SIM PKB kelas bawah selama beberapa bulan, tetapi ternyata enggak ada yang keluar. GTT yang sudah belasan tahun mengabdi kebanyakan sehari-hari mengajar di kelas bawah. Kalau mempelajari materi kelas atas enggak memungkinkan. Teman-teman GTT berusia lebih dari 45 tahun lainnya mengalami hal sama seperti saya. Setelah ujian kami banyak memperbincangkan soal ini,” ucap Lilis.

Baca juga: Weladalah! Batu Keramat di Desa Gebang Sragen Tak Bisa Dipindah Meski Pakai Eskavator

Karena gugup dia tak bisa sepenuhnya konsentrasi. Lilis menyebut kondisi itu disebabkan faktor usia. Usia tua menurunkan memori atau daya ingat dan mudah panik. Banyak hal yang dipikirkan di kehidupan sehari-hari juga membuat GTT senior mudah kehilangan konsentrasi.

“Saat melihat soal yang tak dikuasai itu saja saya pusing. Banyak jawaban salah. Kalau nanti tak lolos saya masih belum memutuskan akan mendaftar tes kompetensi tahap II atau tidak. Persaingan di tahap II lebih ketat,” imbuh Lilis.

GTT senior lainnya, Lasmini, 48, mengatakan hal senada. Guru kelas I dan II SDN 3 Biting, Kecamatan Purwantoro itu mengaku nilai kompetensi teknisnya di bawah ambang batas. Kemungkinan besar dia tak lolos jika mekanisme penentuan hasil ujian secara keseluruhan yang dipakai pemerintah tak berubah.

Baca juga: Potensi Tsunami 33,5 Meter di Wonogiri, 6 Pantai Ini Berpotensi Terdampak

Dia berharap pemerintah mengubah sistem penilaian, seperti menambahkan masa kerja GTT berusia di atas 35 tahun menjadi elemen nilai afirmasi. Apabila hal itu terjadi GTT senior bisa lolos seleksi P3K.

Informasi yang diperoleh Solopos.com, peserta ujian kompetensi P3K guru di Kabupaten Wonogiri sebanyak 3.505 orang. Mereka merupakan GTT SD dan SMP. Ujian digelar di sejumlah sekolahan di Kabupaten Wonogiri, 13-17 September 2021 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya