SOLOPOS.COM - Petani di Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, menyemprotkan obat untuk membasmi hama wereng, Minggu (30/8/2020). (Solopos/Indah Septiyaning W)

Solopos.com, SUKOHARJO — Para petani di Sukoharjo dibayang-bayangi kesulitan biaya operasional selama masa tanam (MT) II. Kekhawatiran ini muncul sebagai imbas anjloknya harga gabah kering panen hingga Rp3.700/kg pada musim panen padi ini.

Anjloknya harga gabah dipengaruhi cuaca ekstrem dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti tikus dan wereng. Selain itu, para petani di daerah lain di Soloraya seperti Sragen dan Karanganyar tengah memanen padi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Alhasil, gabah melimpah ruah di tingkat petani. Harga gabah kering panen di tingkat petani jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Sesuai Permendagri No 24/2020 HPP gabah senilai Rp4.200/kg dan gabah kering jemur Rp5.250/kg.

Baca Juga: Peluang Bisnis Kuliner Ayam, Bebek, Angsa

Kondisi ini memberatkan dan merugikan para petani saat masa panen raya padi. Mereka tak mendapat keuntungan lantaran anjloknya harga gabah. Kalau pun ada nominal keuntungan panen cukup sedikit dan tak sebanding dengan biaya operasional selama masa tanam.

“Biaya operasional pada awal masa tanam cukup besar. Kami harus membeli pupuk, benih padi dan lain sebagainya selama satu musim masa tanam,” kata seorang petani asal Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Sukidi, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (9/3/2021).

Sukidi mengaku keuntungan yang didapat pada musim panen kali ini tak lebih dari separuh dibanding musim panen pada 2020. Kala itu, harga jual gabah cukup tinggi di atas Rp4.500/kg. Bahkan, harga gabah dengan kualitas tinggi dengan kadar air rendah bisa mencapai Rp5.000/kg.

Baca Juga: 4 Zodiak Ini Kata Astrologi Keras Kepala...

Pada musim panen 2020, Sukidi mampu mengantongi penjualan gabah lebih dari Rp10 juta. “Sekarang mungkin hanya Rp4 juta karena harga jual gabah tak karuan. Harga gabah tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan selama tiga bulan-empat bulan masa tanam,” ujar dia.

Keuntungan Jadi Modal

Keuntungan yang didapat itu sebagai modal untuk mengolah sawah selama MT II. Termasuk membeli benih tanaman padi dan pupuk pada awal masa tanam. Harga benih tanaman padi bervariatif mulai dari Rp20.000/kg hingga Rp100.000/kg.

Sementara itu, harga pupuk bersubsidi di kios pupuk lengkap (KPL) juga bervariatif. “Saya khawatir hanya bisa menanam sebagian lahan pertanian karena tak sanggup membeli benih padi. Saya juga butuh dana operasional lainnya selama masa tanam,” papar dia.

Baca Juga: Peluang Bisnis Beanbag Nan Empuk

Hal senada diungkapkan petani lainnya asal Desa Toriyo, Kecamatan Bendosari, Atmojo. Menurut dia, anjloknya harga gabah merupakan persoalan yang dihadapi para petani hampir setiap awal MT I. Dia lantas mengulas anjloknya harga gabah selama beberapa tahun terakhir.

Merosotnya harga gabah terparah pada 2017 yang mencapai di bawah Rp3.000/kg. Dia meminta agar pemerintah mencari terobosan baru untuk mengatasi anjloknya harga gabah yang berimplikasi pada pendapatan para petani berkurang.

“Selama ini, program serapan gabah yang digembar-gemporkan pemerintah kurang maksimal. Apalagi, sekarang HPP gabah naik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya