SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayi (Dok/JIBI)

Solopos.com, BOYOLALI – Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Boyolali saat ini masih tergolong tinggi.

Data yang terkumpul hingga Juni 2014, tercatat angka kematian ibu (AKI) sebanyak 106/100.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi (AKB) sejumlah 7/1.000 kelahiran hidup.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kabid Pelayanan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, dr. Sherly Jeanne, mengatakan penyebab kematian ibu dan bayi tinggi di Kota Susu lebih banyak karena faktor medis, misalnya eklamsi atau gejala keracunan air ketuban.

“Keracunan air ketuban menyebabkan tensi seorang ibu menjadi tinggi saat mulai hamil, melahirkan, dan nifas. Keracunan itu membuat seorang ibu merasa tidak kuat dengan kondisi kandungannya,” kata Sherly saat dijumpai di sela-sela acara pelatihan Pemberdayaan Petugas Kesehatan dan Maysrakat Bidang kesehatan Maternal dan Neonatal oleh Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) di Akademi Kebidanan (Akbid) Estu Utomo, Tlatar, Boyolali, Selasa (27/8).

Sherly mengatajan faktor nonmedis juga berakibat pada tingginya kematian ibu dan anak di Boyolali. Angka kematian ibu dan bayi tersebut, kata dia, sangat berhubungan erat dengan angka kemiskinan.

“Penanggulangan persoalan kemiskinan memang perlu dilakukan secara komprehensif. Tidak bisa menjadi alasan angka kematian ibu dan bayi meningkat,” ujar Sherly.

Sementara itu, Guru Besar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI, Prof. dr. Hadi Pratomo, mengatakan semua pihak, baik pemerintah maupun swasta perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menanggulangi kemungkinan terjadi kematian ibu dan bayi.

Pengetahuan dan ketrampilan yang perlu diketahui oleh bidan serta kader kesehatan, lanjut Hadi, terkait inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, serta metode perawatan.

“Dari 100 bayi lahir, terdapat 10 sampai 15 mengalami BBLR [bayi berat lahir rendah]. Dengan kondisi itu, saat ini kami juga sedang giat memopulerkan perawatan metode kanguru (PMK) bagi bayi baru lahir. Suhu tubuh BBLR yang tidak stabil akan terus membaik dan bisa beradaptasi jika diletakkan di perut ibu. Kami yakin metode tersebut dapat mengurangi risiko kematian bayi,” imbuh Hadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya