SOLOPOS.COM - Perayaan Cap Go Meh di depan Balai Kota Semarang, Jl. Pemuda No. 148, Sekayu, Semarang Tengah, Kota Semarang, Jateng, Minggu (19/2/2017). (Youtube.com)

Kerukunan umat beragama Kota Semarang yang diuji umat beragama tertentu ditengahi Wali Kota Hendrar Prihadi.

Semarangpos.com, SEMARANG — Penolakan atas prayaan Cap Go Meh oleh umat beragama tertentu di Kota Semarang yang menguji kerukunan umat berama ditengahi Wali Kota Hendrar Prihadi. Hendi—sapaan akrabnya—mengingatkan bahwa perayaan Cap Go Meh sebagaimana yang digelar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Tengah di Balai Kota Semarang merupakan selebrasi budaya, bukan religi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Acara yang diselenggarakan Bu Dewi [Ketua PSMTI Jateng] ini murni 100% budaya,” tegas Hendi saat pressconference sebelum dimulainya Perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Semarang, Minggu (19/2/2017) malam.

Seperti halnya Suranan, yakni perayaan 1 Sura yang bukan hanya dirayakan orang Islam karena merupakan budaya Jawa, kata dia, maka Cap Go Meh pun demikian karena masyarakat Tionghoa dari berbagai agama juga ikut merayakannya. Perayaan Cap Go Meh yang semula direncanakan berlangsung di halaman Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang akhirnya dipindahkan ke Balai Kota Semarang karena mendapatkan reaksi penolakan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam.

Rangkaian kegiatan perayaan Cap Go Meh itu, di antaranya makan lontong Cap Go Meh secara bersama oleh masyarakat yang hadir, kemudian dialog budaya, serta berbagai pertunjukan budaya, seperti tari-tarian dan atraksi barongsai.  Sebagai penyelenggara, PSMTI Jateng juga mengundang sejumlah tokoh agama, seperti K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Habib Luthfi bin Yahya, Bhante Dhammasubho Mahathera, Romo Aloysius Budi Purnomo, dan Marga Singgih.

Sayangnya, dua tokoh yakni Gus Mus dan Habib Luthfi bin Yahya yang dijadwalkan mengisi dialog budaya yang menjadir rangkaian acara dalam perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Semarang itu berhalangan hadir karena kondisi kesehatan. “Hari ini, ada aktivitas budaya di balai kota. Komitmen kami bahwa yang majemuk ini, kondisi perbedaan ini justru menjadi kekuatan. Apalagi, ukurannya tidak hanya Kota Semarang, tetapi bagaimana bangsa dan negara kompak, guyub,” pungkasnya.

Kapolrestabes Semarang Kombes Pol. Abiyoso Seno Aji menyampaikan kegiatan tersebut sudah mengantongi izin dari kepolisian, termasuk di lokasi awal, yakni halaman MAJT Semarang, tetapi kemudian ada yang menolak sehingga dipindahkan. Penolakan pergelaran perayaan Cap Go Meh di halaman MAJT, kata dia, berasal dari mereka yang mempunyai pandangan berbeda yang menilai perayaan Cap Go Meh tidak boleh dilakukan di masjid, padahal merupakan suatu perayaan budaya.

“Saya dilahirkan di Indonesia. Diajari sejak kecil harus saling menghormati. Kalau sedikit-sedikit ada kegiatan beraroma agama disertai penolakan, ini sangat saya sayangkan. Kegiatan ini resmi dan dilindungi undang-undang,” katanya. Abiyoso juga berharap mereka yang menolak kegiatan itu sebelumnya di halaman MAJT Semarang bisa ikut hadir untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Semarang sehingga bisa menilai apakah kegiatan itu melanggar kaidah agama.

Kantor Berita Antara menyaksikan bahwa acara itu dihadiri pula oleh sejumlah tokoh berlatar belakang agama yang kuat dan senantiasa menjaga kerukunan umat beragama, seperti mantan Gubernur Jateng Ali Mufiz, Ketua Badan Pengelola MAJT Semarang Noor Achmad, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng K.H. Ahmad Darodji.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya