SOLOPOS.COM - Masjid Agung Jawa Tengah. (Wikipedia.org)

Kerukunan umat beragama yang akan ditunjukan Kota Semarang dengan menggelar Cap Go Meh di Masjid Agung Jawa Tengah batal.

Semarangpos.com, SEMARANG – Perayaan Cap Go Meh yang sebelumnya akan digelar di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semaramg, Minggu (19/2/2017), dibatalkan setelah muncul penolakan dari sejumlah aktivis organisasi kemasyarakatan (ormas) yang mengatasnamakan umat Islam di Kota Semarng. Acara yang sebenarnya dapat menunjukkan kerukunan umat beragama di Kota Semarang itu akhirnya dipindahkan ke Balai Kota Semarang dengan waktu dan susunan acara yang sama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Khalayak pengguna Internet (netizen) pengguna Twitter yang tak terlalu mengetahui arti Cap Go Meh mengungkapkan dukungan mereka terhadap penolakan yang digaungkan ormas tersebut. Mereka menganggap masjid sebagai tempat ibadah umat Islam tak boleh digunakan untuk merayakan hari raya umat agama lain.

Ekspedisi Mudik 2024

Iki wong Semarang kok yo aneh2. Cap Go Meh digelar di masjid, kasidah iku pener. Cap go meh yo nang kelenteng, natal nang greja dst,” tulis pengguna akun @bemol_jaya.

Padahal, Cap Go Meh yang merupakan perayaan hari terakhir Tahun Baru Imlek adalah tradisi warga etnis Tionghoa, bukan merupakan hari raya umat Tridharma, baik Konghucu, Buddha, ataupun Taoisme. Netizen yang berkoar di ranah publik itu tampaknya juga tak memahami benar perbedaan antara etnis Tionghoa dan agama mereka.

Mestinya, sebelum berkoar di dunia maya, Internet, netizen keturunan Arab dan fans mereka perlu mengetahui bahwa warga etnis Tionghoa tak selalu non-Islam. Bahkan sejak di tanah leluhur mereka di Tionghoa, tak selalu non-Islam meskipun semuanya merayakan Cap Go Meh.

Sementara itu, sejumlah netizen lain di Twitter mengungkapkan penolakannya terhadap perayaan Cap Go Meh yang akan digelar di MAJT tanpa dasar yang jelas. “Saya setuju jika perayaan Cap Go Meh di Semarang dipindahkan ke Balai Kota,” tulis pengguna akun @dhimas_chaesar.

Kerukunan umat beragama di Kota Semarang tampaknya memang sedang diuji dengan adanya sejumlah konflik yang mengatasnamakan agama. Setelah beberapa waktu lalu ormas yang mengatasnamakan umat Islam menolak Pork Festival untuk menyambut Tahun Baru Imlek, kali ini perayaan hari terakhir Tahun Baru Imlek yang akan digelar di halaman MAJT-lah yang ditolak ormas dan netizen pengguna Twitter dengan alasan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam.

Padahal, seperti diberitakan Semarangpos.com sebelumnya, Dosen Pascasarjana Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang yang juga Direktur Yayasan Lembaga Studi Sosial dan Agama (Elsa) Semarang Tedi Kholiludin mengatakan berdasarkan literatur kitab klasik, masjid sejak awalnya juga menjadi tempat bermusyawarah, berkegiatan warga, dan menyusun kekuatan perang. Fungsi sosial itu mendampingi fungsi ruang utama sebagai tempat ibadah. (Ginanjar Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

KLIK DI SINI untuk Berita Sebelumnya
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya