SOLOPOS.COM - Ilustrasi keberagaman agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (notthingham.com)

Kerukunan umat beragama Kota Semarang diusik oleh sikap SMKN 7 Semarang yang mewajibkan praktik salat kepada siswa penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Semarangpos.com, SEMARANG — Seorang siswa SMK Negeri 7 Kota Semarang tak naik kelas gara-gara kukuh menjalankan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya. Zulfa Nur Rahman, siswa Kelas XI SMKN 7 Kota Semarang itu memilih tak naik kelas ketimbang dipaksa praktik salat dalam pelajaran Agama Islam yang terpaksa ia ikuti karena kurikulum hanya memfasilitasi enam agama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala SMK Negeri 7 Semarang M. Sudarmanto sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara di Semarang, Selasa (26/7/2016), mengonfirmasi adanya seorang siswa kelas XI berinisial ZN yang tidak naik kelas. Ia berkilah, pada saat awal pendaftaran, Zulfa Nur Rahman mencantumkan agama Islam sebagaimana tercantum pula di kartu keluarga (KK).

ZN, masih menurut Sudarmanto yang bersedia buka mulut di hadapan Antara, telah menjalankan aktivitas pembelajaran seperti biasa sampai naik kelas XI. Pada saat kenaikan ke kelas XII, kata dia, ada salah satu kompetensi pendidikan agama yang mengharuskan praktik, namun yang bersangkutan menolak dengan alasan merupakan penganut aliran kepercayaan.

”Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, kurikulum juga belum memfasilitasi pendidikan aliran kepercayaan. Adanya, pendidikan enam agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu,” kilahnya.

Akhirnya, akunya, sekolah memberikan pilihan kepada Zulfa Nur Rahman untuk memilih satu di antara enam agama yang diakui pemerintah agar bisa memenuhi syarat kompetensi agar bisa naik ke kelas XII. “Orang tua siswa itu sudah kami undang ke sekolah. Kami sampaikan, kalau tetap bersikukuh tidak mengikuti pendidikan agama konsekuensinya tidak bisa naik kelas. Orang tuanya bilang tidak apa-apa,” katanya.

Zulfa Nur Rahman diakui Sudarmanto lancar mengikuti pelajaran Agama Islam sepanjang kelas XI karena hanya berupa teori. Tetapi untuk kenaikan kelas XII ada kompetensi praktik agama yang diwajibkan kurikulum. ”Artinya, kalau ZN tidak mau ikut ujian praktik agama, tidak mendapatkan nilai. Padahal, pendidikan agama bersifat wajib dan harus mendapatkan nilai minimal baik. Berbeda dengan pelajaran lain,” katanya.

Menurut Sudarmanto yang dikutip Kantor Berita Antara, setidaknya ada dua alasan Zulfa Nur Rahman tidak naik kelas, yakni siswa tidak mengikuti program pembelajaran secara menyeluruh dan nilainya tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipersyaratkan. Selain merasa benar secara normatif, Sudarmanto sempat pula menyalahkan berita media online yang menyebutkan sekolah seolah-olah memaksa Zulfa Nur Rahman masuk ke agama Islam.

Antara menyatakan Zulfa Nur Rahman gagal ditemui karena Selasa kemarin tidak masuk sekolah, dan rumahnya yang berada di kawasan Pedurungan Semarang juga dalam kondisi tertutup rapat ketika disambangi. Tetangga sekitarnya yang ditemui Antara membenarkan bahwa penghuni rumah sedang bepergian, sementara ketua RT setempat membenarkan jika ayah dan ibu bersangkutan merupakan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

KLIK DI SINI untuk Berita Pertamanya

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya