SOLOPOS.COM - Joko Suwiono, perajin wayang kayu dari Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Senin (13/4/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN — Limbah kayu yang biasanya berakhir menjadi bahan bakar, di tangan Joko Suwiono justru menjadi barang kreasi bernilai tinggi. Pria dari Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, itu mengubah limbah menjadi kreasi wayang kayu yang artistik.

Bahkan hasil kreasinya itu sudah diekspor ke sejumlah negera, seperti Jepang, Singapura, Taiwan, Australia, hingga Belanda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Joko menceritakan bahan kreasi wayang kayunya murni dari limbah kayu. Dia mendapatkan limbah kayu jati itu dari usaha pembuatan furnitur di Madiun.

Dia menceritakan awalnya hanya iseng-iseng membuat wayang dari bahan bekas boks buah sekitar tahun 2018. Kayu tersebut pun hanya minta dari pemilik salah satu warung yang ada di dekat rumahnya.

Kayu tersebut ia buat menjadi wayang Arjuna dan Srikandi serta Rama dan Shinta. Masing-masing pasangan tokoh itu ada dua, sehingga totalnya ada delapan wayang.

Baca Juga: Gagal Standing Motor, Remaja di Madiun Meninggal Tertabrak Mobil

“Itu saya bikin sekitar satu bulan untuk membuat delapan wayang dari bahan limbah kayu. Waktu itu, saya memang sudah mengenal orang dinas. Kemudian saya memotretnya dan mengirimkannya ke orang dinas Pemkab Madiun itu. Tak disangka-sangka, saya langsung diminta untuk ikut pameran dengan wayang kreasi itu,” kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Senin (12/4/2021).

Dari pameran produk kerajinan tangan itu, hasil kreasinya itu dilirik oleh warga Indonesia yang belajar di Jepang. Saat itu sepasang wayang kayunya dibawa orang tersebut ke Jepang. Sedangkan sepasang lagi dibeli oleh seorang warga Madiun.

Orderan Rp2 Juta

Semangat untuk berkarya lagi semakin menggebu-gebu, karena ternyata hasil kerajinan tangannya laku dan dihargai orang lain. Terlebih, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri yang saat itu menyelenggarakan pameran tersebut memesan sejumlah wayang kayu, seperti satu set Pandawa, Punakawan, Bima, dan lainnya. Total nominalnya mencapai Rp2 juta.

“Saat itu langsung diberi uang Rp2 juta untuk bikin wayang kayu tersebut. Uangnya kemudian saya gunakan untuk modal. Buat beli kayu limbah dan alat lainnya,” ujar pria 46 tahun itu.

Baca Juga: Laris Laris, Panenan Semangka dan Blewah di Madiun Habis Terjual

Alasan Joko mengunakan bahan limbah kayu adalah untuk meningkatkan nilai ekonomisnya ketimbang jadi bahan bakar. Dia hanya menggunakan limbah kayu jati. Selain kualitas kayunya bagus, stok kayu jati di Madiun sangat banyak. Sehingga, ketika nanti mendapatkan banyak orderan bisa memenuhinya karena bahan bakunya tersedia.

Sejak mendapatkan orderan dari pejabat BI Kediri itu, Joko semakin optimistis dengan usahanya. Lambat laun, dia mulai berani memasarkan produknya itu secara luas.

Karena dianggap unik, lanjutnya, wayang kayu itu diikutkan dalam bimbingan ekspor yang diselenggarakan Pemprov Jawa Timur. Produknya menjadi salah satu yang dipilih oleh Pemkab Madiun untuk ikut dalam bimbingan itu.

Dilirik Diaspora

Sejak saat itu, produknya mulai banyak dilirik oleh diaspora Indonesia di sejumlah negara. Wayang kayu kreasi Joko kemudian banyak diekspor ke Thailand, Jepang, Taiwan, Singapura, hingga China.

Baca Juga: Wuiih… Hasil Panen Porang Ditawar Rp825 Juta, Tapi Ditolak Petani Madiun

“Pada 2019, kami ikut kurasi dan berhasil lolos dalam sebuah acara, sehingga produk wayang kayu ini diluncurkan ke Belanda dan Australia. Ini kerja sama dengan diaspora yang ada di negara tersebut,” kata suami dari Pipit Dwi Ernawati itu.

Hingga saat ini sudah ratusan produk kreasinya itu dijual ke sejumlah negara. Namun, dia menyadari belum memiliki pembeli dalam jumlah banyak di negara tujuan ekspor itu.

“Itu biasanya yang beli dari diaspora maupun delegasi Indonesia. Tapi lumayan, sekali kirim bisa belasan wayang,” ujar Joko.

Selain melayani penjualan di luar negeri itu, Joko mengaku paling banyak menjual produk wayang kayu ini di pasar dalam negeri. Untuk penjualan, dia memanfaatkan media sosial. Pembelinya tidak hanya dari wilayah Madiun saja, tetapi juga dari luar daerah bahkan luar pulau Jawa.

Baca Juga: Gara-Gara Porang, Desa di Madiun Ini Jadi Desa Jutawan

Untuk pembuatan satu unit wayang kayu ini, warga Rt 008/RW 004 Desa Mojorejo ini membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat hari. Proses pembuatan wayang kayu ini benar-benar buatan tangan alias handmade. Untuk membantu proses pembuatan wayang kayu ini, Joko kini dibantu 15 orang. Tetapi, mereka ini bekerja di rumah masing-masing. Ada yang dari Madiun, Magetan, dan Ponorogo. Untuk harga wayang kayu ini beragam, dari mulai Rp400.000 hingga Rp3,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya