SOLOPOS.COM - Pedagang oprokan yang biasa membuka lapak pada sore hari menerapkan physical distancing di kompleks Pasar Bunder Sragen, Sabtu (9/5/2020). (Solopos. Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Pedagang di Pasar Bunder Sragen bertahan di tengah pandemi dengan berjualan online. Bahkan dagangannya kini laris dibeli sejumlah tenaga kerja wanita (TKW).

Seorang pedagang Pasar Bunder Sragen, Kiki Karmiyasih, 23, memulai jualan online sejak awal-awal gemparnya Covid-19 di Sragen pada Februari-Maret lalu. Dagangannya cukup lengkap, seperti telur, bawang merah, bawang putih, kentang, dan bahan bumbu dapur lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pedagang yang merupakan warga Sumengko, Sragen Tengah, Sragen, itu biasa mempromosikan dagangannya secara online, yakni lewat Facebook dan Whatsapp. Hal itu dilakukan karena pengunjung di Pasar Bunder turun drastis karena mereka takut berbelanja ke pasar.

3 Dari 5 Simpang Susun Tol Solo-Jogja Berada di Klaten, Ini Lokasinya

“Responsnya ternyata banyak. Bahkan ada TKW [tenaga kerja wanita] di Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia yang pesan barang. Dari Facebook itu kemudian untuk transaksi beralih lewat Whatsapp. Para TKW itu berbelanja bukan untuk dikirim ke negara tempat mereka bekerja tetapi dikirim ke keluarga yang ada di Sragen. Belanjanya banyak bisa sampai Rp1,5 juta,” ujar Kiki saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat siang.

Sejak itulah sejumlah pedagang lainnya ikut berjualan secara online. Bahkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen memfasilitasi untuk membuat Pasar Online yang anggotanya juga para pedagang Pasar Bunder Sragen.

10 Berita Terpopuler : Pembunuhan Wanita Dalam Mobil Gegara Utang Rp145 Juta

Ongkos Kirim

Saat mengirim barang di dalam Kota Sragen, pedagang di Pasar Bunder Sragen itu berani memasang ongkos kirim gratis untuk mengirim dagangan secara online. Tetapi bila pesanan agak jauh dari Kota Sragen, Kiki memasang tambahan ongkos kirim sampai Rp50.000.

“Untuk pembelian online yang bisa diantar minimal senilai Rp300.000/belanja,” katanya.

Pedagang lainnya, Warti, 34, asal Tamansari, Kroyo, Karangmalang, Sragen, juga memilih berjualan secara online sejak pengunjung Pasar Bunder turun karena Covid-19. Warti menyampaikan penghasilannya per bulan turun sampai 50%.

Pemkab Sragen Siapkan Paket Wisata Gowes Purba Sangiran, Ada Jalur Ekstrem Dan Pemula

Sebelum Covid-19, Warti bisa mendapat penghasilan Rp10 juta per bulan, namun sejak ada Covid-19 penghasilannya turun dan tinggal Rp5 juta per bulan. Pedagang di Sragen itu akhirnya memilih berjualan online.

“Pelanggan yang datang turun sampai 60%. Selain itu omset anjlok itu karena tidak ada warga yang hajatan. Biasanya warga yang hajatan itu yang sering belanja dalam jumlah besar. Karena sepi pembeli kemudian ikut jualan online lewat Pasar Online,” ujarnya.

Warti menyampaikan jualan secara online juga tak begitu ramai. Ia cukup senang saat awal-awal jualan online ada order sampai 10 orang per hari. “Sekarang tinggal 3-4 order saja per hari. Belakangan terlihat mulai ada kenaikan pembeli,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya