Solopos.com, SOLO — Mahasiswa S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo menyumbangkan rancangan jembatan untuk dibangun di Kabupaten Pati. Jembatan bernama Bhima Juwana itu bakal menggantikan jembatan lama yang sudah tua dan rentan ambruk.
Desain yang disodorkan UNS merupakan rancangan jembatan yang keluar sebagai juara I pada Bridge Construction Competition di ajang D’Village 10th Edition. Bridge Construction Competition adalah wadah pengembangan kompetensi calon insinyur teknik sipil di bidang perencanaan jembatan yang kuat dan ekonomis.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Tim Semar Mustaqiim UNS yang merebut juara terdiri dari Dimas Luvi Zuniatama, Faza Bagus Fauzan dan Mario Hendrawan. Perwakilan Semar Mustaqiim, Dimas Luvi Zuniatama, mengatakan Jembatan Bhima Juwana menggunakan kombinasi bentuk jembatan tipe arch dan tipe truss.
Baca Juga: Libur Sekolah & ASN Solo Dipersingkat, Gibran: Biar Tak Pulang Kampung
Hal ini agar timbul kesan estetik dari jembatan yang didesain mahasiswa UNS Solo itu. Selain itu, tipe Arch-Truss berpengaruh pada pendistribusian beban ke lengkung jembatan.
Tipe ini juga meminimalkan adanya buckling atau kegagalan struktur dalam mempertahankan bentuk asli. Dimas mengatakan jembatan itu rencananya dibangun di Jl Sudirman Sel 1, Bumirejo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Bentuk Arch dan Truss
“Bentuk arch itu seperti busur, bentuk truss merupakan bentuk geometri segitiga yang saling tersusun. Kedua geometri ini kami gabungkan sehingga jembatan memiliki busur, tapi masih ada kombinasi bentuk segitiga di desain jembatannya,” terang Dimas, Jumat (26/11/2021).
Baca Juga: 3 Backhoe Ratakan Rumah Warga di Bantaran Rel KA Nusukan Solo
Desain jembatan kreasi mahasiswa UNS Solo itu telah memperhatikan pemilihan elemen dan pemilihan geometri yang dinilai cocok. Hal ini mengingat kompetisi mengharapkan peserta mendesain jembatan yang kuat tapi efisien.
Tim Semar Mustaqiim juga telah memperhitungkan keamanan jembatan melalui analisis struktur. Mereka menganalisis secara manual pada kondisi tekuk, lentur, geser dan lain-lain. “Kami juga memperkuat kebenaran hitungan dengan pemodelan menggunakan perangkat lunak,” imbuh Dimas.
Dalam pelaksanaannya, metode sliding dipilih dengan mempertimbangkan optimalisasi jembatan. Metode ini dilakukan dengan menggeser jembatan menggunakan roller dan peralatan lain. Metode ini dinilai cocok lantaran tidak membutuhkan bangunan tower crane yang terlalu banyak.