SOLOPOS.COM - Ilustrasi kerajinan berbahan dasar ijuk sapu (Instagram/taniaa_0)

Solopos.com, MAGELANG — Ijuk yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan sapu berasal dari serat pohon aren yang dijalin menjadi satu. Namun seorang pengrajin sapu di Dusun Batikan, Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang membuat kerajinan tangan yang unik dengan bahan dasar yang sama dengan sapu ijuk.

Mengutip Beritamagelang.id, Selasa (20/7/2021), di sebuah bangunan rumah kecil, usaha yang diberi nama ‘Fahrudin Sapu’ ini membuat kerajinan tangan yang sering dijadikan hiasan dinding atau ornamen rumah dengan bahan dasar ijuk sapu.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Pemilik usaha yang bernama Fahrudin ini mengaku sudah melakoni pekerjaannya seorang diri sejak masih kecil. Usaha sapu ijuknya sudah turun-temurun namun untuk hiasan dinding atau ornamen ini baru sekitar 3 tahunan.

Baca Juga: Kucing Sandiaga Uno Lahiran, Salah Satunya Dinamai Magelang

Desa tempat tinggal Fahrudin memang dikenal sebagai sentra kerajinan sapu dan menjadi sumber penghasiln andalan bagi warga setempat. Bahkan hasil karya Fahrudin berupa hiasan dinding ini banyak diminati hingga pasar internasional.

Fahrudin, penghrajin dan hiasan dinding berbahan ijuk sapu
Fahrudin, penghrajin dan hiasan dinding berbahan ijuk sapu (Sumber: Beritamagelang.id)

Fahrudin juga menjelaskan bahwa hiasan dinding berbahan dasar ijuk sapu ini biasanya diambil langsung oleh perusahaan eksportir yang kemudian dijual ke luar negeri. Ada juga yang dikirim ke Yogyakarta, Bali, Jakarta, Solo dan Klaten.

Di ruang produksinya, tampak beraneka ragam jenis kerajinan tangan berbahan baku ijuk. Ada yang berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, model pohon, dan banyak lagi. Ia mengaku untuk membuat hiasan dinding ini membutuhkan ketelitian. Satu hiasan dinding itu prosesnya tergantung pola yang diinginkan.

Baca Juga: Ini Dia Masjid Berarsitektur Khas Tiongkok di Magelang

Untuk satu buah hiasan bisa menghabiskan antara 2-4 jam karena kerumitannya sangat tinggi, berbeda dengan sapu. Terkait harga, ayah dari tiga anak ini mengaku memberikan harga yang cukup bervariasi namun relative murah, yaitu kisaran Rp15.000 hingga Rp150.000 per buah, tegantung model, bahan baku dan waktu pengerjaan.

Sementara produksi sapu lantai yang dibuat Fahrudin bisa dikatakan berbeda pada umumnya karena jenis ikatan dan bentuk pangkal sapu. Harga jual sapu Fahrudin sekitar Rp11.000 sampai Rp30.000. Fahrudin juga mengaku ingin membuka sebuah toko cinderamata sendiri untuk lebih memasarkan hiasan dinding produksinya. Namun karena terkendala modal dan juga keterbasan tenaga, dirinya harus menunda keinginannya terlebih dahulu.

Dirinya sudah berkali-kali mengajak warga sekitar untuk bergabng bersamanya membuat kerajinan ini namun karena kerumutan yang tinggi, banyak warga yang kemudian lepas tangan. Padahal kerumitan dari sebuah karya seni itu meiliki nilai harga yang tinggi.

Selain ijuk, Fahrudin juga menggunakan bahan baku alang-alang, enceng dondok dan ganggang bunga rayung. Untuk menjaga keawetannya, Fahrudin mengatakan selama tidak basah atau tidak terkena air, hiasan dinding itu akan awet lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya