SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI - Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Wonogiri, Sentot, menilai penerapan pembelajaran jarak jauh dapat menurunkan kualitas pendidikan selama masalah yang membuat pembelajaran tak efektif tidak terpecahkan.

Sejatinya, pembelajaran tak sekadar penyampaian materi pelajaran. Idealnya guru bisa memberi pendidikan dan membangun karakter siswa melalui pembelajaran. Sementara, pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang diterapkan pada tahun pelajaran sebelumnya dan akan datang tak bisa memenuhi tujuan mulia dari pembelajaran tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Yang di dapat dari PJJ hanya sekadar pembelajaran materi. Pendidikan dan pembentukan karakter anak tidak bisa diperoleh. Saya kira PJJ tak bisa menggantikan keefektifan KBM tatap muka,” kata Sentot.

Perempuan Serengan Solo Gelapkan Sepeda Motor Sampai 17 Unit

Namun, siswa dan pendidik harus tetap menjalankan PJJ pada tahun pelajaran 2020/2021 lantaran Wonogiri berada di zona kuning. Menurut Kepala SMAN 3 Wonogiri itu berdasar evaluasi, cukup banyak kendala yang harus diatasi.

Guru yang berusia lanjut sulit bisa memenuhi tuntutan PJJ yang mengharuskan memanfaatkan teknologi informasi. Tak sedikit guru yang tidak bisa mengoptimalisasi fungsi gawai atau laptop. Alhasil, mereka kerepotan dalam menyampaikan materi secara daring.

Selain itu tak semua siswa memiliki gawai yang spesifikasinya mampu mangakomodasi aplikasi-aplikasi pembelajaran. Termasuk sejumlah siswa yang bermukim di wilayah tak terjangkau Internet atau blank spot.

SBBI 2020, Merek Pemenang Jadi Referensi Pilihan Utama

Jika PPJ tetap dilaksanakan pada tahun ajaran 2020/2021, kepala sekolah bisa meminta guru memberi pelajaran di rumah siswa secara suka rela. Solusi lainnya, guru mengoordinasi siswa yang berada di wilayah blank spot lalu memberi pelajaran di tempat tertentu yang terjangkau Internet.

“Misal di lokasi blank spot ada lima anak, guru bisa saja mengoordinasi mereka agar pembelajaran tetap bisa dilaksanakan tatap muka di tempat tertentu. Itu dengan catatan protokol pencegahan penularan Covid-19 harus dilaksanakan secara ketat,” imbuh Sentot.

Aplikasi

Sementara itu, Ketua MKKS SMK Wonogiri, Gunarsi, mengatakan masalah yang dihadapi dalam PJJ kompleks. Pada PJJ tahun ajaran lalu aplikasi yang digunakan tak seragam. Akibatnya, siswa harus mengunduh sejumlah aplikasi. Padahal, ada beberapa aplikasi yang berat.

Tak sedikit siswa mengeluh gawai yang dimilik tak mampu mengoperasikan aplikasi secara optimal karena spesifikasi gawai tak mumpuni. Oleh karena itu perlu menyeragamkan aplikasi yang digunakan. Aplikasi tersebut dibuat lebih ringan agar semua gawai siswa dapat menerapkannya.

2 Hari, 730 Orang Ikut Rapid Test Covid-19 di Sragen, Apa Hasilnya?

“Aplikasi PJJ harus terintegrasi dengan gawai guru dan kepala sekolah. Ini membutuhkan server berkapasitas besar," tutur Kepala SMKN 1 Wonogiri itu.

"Contohnya di sekolah saya. Saya harus mengadakan server yang bisa mengintegerasikan 1.500 siswa dan guru. Server yang sesuai spesifikasi itu paling murah Rp70 juta. Kalau SMK negeri tidak ada masalah karena meski tak bisa memungut iuran tetapi punya BOS. Kalau SMK swasta akan kerepotan. Bagaimana mau memungut iuran kepada orang tua siswa, kondisi ekonomi lagi sulit begini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya