SOLOPOS.COM - Teh oplosan dan intip menjadi buruan wisatawan untuk oleh-oleh di Pasar Gede Solo. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLO — Kira-kira apa alasan yang membuat racikan teh dari Kota Solo, Jawa Tengah, begitu terkenal dan melegenda hingga sekarang?

Racikan teh Solo merupakan oleh-oleh wajib yang banyak diburu pelancong dari luar kota. Untuk menemukan racikan teh khas Solo ini pun mudah, salah satunya ada di Pasar Gede Hardjonagoro.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saking terkenalnya, teh dari Solo disebut sebagai jantung kuliner dari daerah yang kini dipimpin Wali Kota Gibran Rakabuming Raka ini. Hal tersebut disampaikan Blontank Poer, pelaku bisnis teh oplosan khas Solo. “Kalau di Solo itu parameter warung atau restoran enak bukan cuma dari makanannya saja, tapi juga tehnya. Kalau tehnya enak, pasti makanannya enak,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (14/12/2021).

Baca Juga: Gaji PNS atau TNI, Mana yang Lebih Besar? Ini Jawabannya

Ekspedisi Mudik 2024

Ternyata teh Solo mempunyai ciri khas sendiri sehingga begitu terkenal. Blontank mengatakan, teh Solo dikenal wangi, sepat, dan kental.

Bukan hanya karena cita rasanya, teh Solo melegenda juga karena ngeteh sudah menjadi tradisi di Keraton Solo. Tetapi, konon tradisi ini bukanlah kultur asli, melainkan dipengaruhi orang Belanda pada masa kolonial.

Baca Juga:  Apakah Keluar Flek Cokelat saat Puasa Bisa Bikin Batal? Ini Hukumnya

Hal itu diketahui dari kesaksian masyarakat pesisir Jawa yang blak-blakan mengaku mengikuti tata cara masyarakat kolonial Belanda dalam hal minum teh, seperti dilakukan keluarga Kartini. Catatan ini ditulis oleh Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah diizinkan untuk dikutip Solopos.com pada Minggu (12/12/2021).

Kala itu, teh biasa disajikan dalam poci yang disandingkan dengan gula, susu, serta kudapan lokal maupun kue tradisional Belanda. Penulis Sejarah Wisata Kuliner Solo itu juga mengatakan teh selalu disajikan di setiap acara jamuan makan keluarga bangsawan dalam tradisi kerajaan Jawa, seperti dilakukan di Kadipaten Mangkunegaran. Paku Buwono X tercatat pernah beberapa kali menjamu Raja Siam dari Negeri Gajah Putih (Thailand) dengan secangkir teh dengan cara yang amat santun.

Baca Juga: Kerap Bikin Bingung, Ini Beda Grobogan dan Purwodadi

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya ngeteh yang semula hidup di bilik rumah aristokrat, akhirnya tersebar dan berkembang di lingkungan masyarakat luas. Sehingga kini dinikmati hampir semua orang dalam berbagai golongan maupun kelas sosial.

Budaya minum teh sejak zaman kerajaan itu sampai saat ini terus dilestarikan dan menjadi kearifan lokal kultur masyarakat di Kota Solo. Warga Kota Solo pun kemudian memodifikasi kebiasaan minum teh dengan menciptakan teh oplosan yang sampai saat ini menjadi salah satu ikon kuliner.

Baca Juga: Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya