SOLOPOS.COM - ilustrasi gempa (Antara)

Solopos.com, PACITAN — Kabupaten Pacitan menjadi salah satu daerah di Jawa Timur yang rawan terjadi bencana gempa. Daerah yang berada di pesisir selatan, kenapa Pacitan sering terjadi gempa?

Secara geografis, Kabupaten Pacitan ini terletak di paling ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Di sebelah utara, Pacitan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kemudian di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama 2022, BMKG mencatat Pacitan puluhan kali digoyang gempa. Data dari BPBD Pacitan, selama Januari hingga Maret awal 2022, sebanyak 39 kali gempa mengguncang. Meskipun untuk kekuatannya relatif kecil.

Dikutip dari hasil penelitian di umy.ac.id, wilayah pesisir selatan Pacitan, khususnya di enam kecamatan yakni Kecamatan Pacitan, Sudimoro, Ngadirojo, Kebonagung, Donorojo, dan Pringkuku merupakan wialayah rawan bencana gempa bumi hingga tsunami.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: 3 Tahun Gedung SDN Rusak, Pemkab Ponorogo Carikan Dana untuk Perbaikan

Kabupaten Pacitan memiliki sungai besar Grindulu. Salah satu jalur sesar utama di Pulau Jawa ternyata searah dengan jalur Sungai Grindulu yang memanjang dari pantai selatan hingga daerah hulu di Kecamatan Bandar.

Jalur sesar ini menjadi sangat rawan karena menjadi area rambatan gempa apabila terjadi tumbukan antara lempeng benua di Pulau Jawa dan Lempeng Samudra di Laut Selatan. Itu menjadi satu alasan kenapa Pacitan sering terjadi gempa.

Peneliti dari Departemen Teknik Geologi UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani, mengatakan Pacitan sering terjadi gempa akibat sesar sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng. Gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur.

Baca Juga: Walah, Pasutri di Jember Ini Kompak Jadi Pengedar Uang Palsu

Gayatri menyampaikan jika dilihat dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), terlihat cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan di selatan Yogyakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan ada tekanan yang lebih kuat.

Hal ini diakibatkan oleh adanya morfologi tinggian atau tonjolan di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini, yang bisa diamati dengan baik dari data batimetri.

Lebih lanjut, adanya morfologi-morfologi tinggian ini menjadi ganjalan dari proses subduksi yang terjadi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan. Energi yang tertahan ini kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai oleh peristiwa gempa bumi.

Gempat berskala kecil (M5-6) yang terjadi di daerah ini sebenarnya bisa menjadi pertanda baik bahwa energi yang tertahan dilepaskan secara bertahap.

“Akan tetapi, untuk mengetahui berapa sebenarnya energi yang masih tersimpan dan yang sudah dilepaskan, harus terus dilakukan penelitian secara seksama dan terus menerus,” kata dia yang dikutip dari ugm.ac.id, Selasa (26/7/2022). Artikel ini diunggah di laman tersebut pada 22 Juni 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya