SOLOPOS.COM - Wisatawan asing melihat salah satu bagian Museum Radya Pustaka Solo.(JIBI/Solopos/Dok)

Pengelola museum di Indonesia diminta mengubah mindset atau pola pikir masyarakat yang menganggap museum seperti gudang.

Solopos.com, SOLO—Dosen Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Titis Srimuda Pitana, mengatakan pengelola museum harus mulai memikirkan tata letak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Pengelola museum tidak perlu lagi memajang semua benda-benda koleksi, sebagian saja. Nantinya ada penggantian secara berkala sehingga masyarakat mendapatkan hal baru,” kata dia kepada Solopos.com di sela-sela Workshop Pengelolaan Museum dan Taman Budaya di Hotel Sahid Jaya Solo, Rabu (18/10/2017).

Pengelolaan museum di Kota Bengawan seperti Radya Pustaka dan Keraton Solo, menurut dia, sebatas memajang benda-benda bersejarah. Tidak ada narasi tentang sejarah keberadaan benda tersebut sehingga pengunjung tidak mengetahui asal-usulnya. “Belum ada upaya dari dari pihak museum [Radya Pustaka dan Keraton Solo] menjadikan museum sebagai tempat publik yang menarik sehingga kondisinya menjadi sepi, tidak diminati,” kata Titis.

Apabila museum dikelola dengan baik, menurut dia, akan mampu menarik pengunjung. Museum memiliki nilai edukasi yang tidak ada di tempat lain.

Dia mencontohkan Museum Predator dan Museum Transportasi di Batu, Malang, Jawa Timur yang selalu ramai dikunjungi orang. “Museum sebenarnya tempat yang menyenangkan karena bisa sambil belajar sembari menambah pengatahuan. Jadi bisa menjadi alternatif destinasi wisata. Pengelola museum di Solo agar berbenah,” ujar Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Pemerintah Kota Solo ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya