SOLOPOS.COM - Warga berwisata menggunakan kendaraan listrik bantuan dari Tahir Foundation di Kompleks Keraton Solo, Minggu (2/1/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo di masa setelah kemerdekaan Indonesia ternyata sempat menjadi Daerah Istimewa Surakarta. Namun, status keistimewaan itu dihapuskan karena adanya gerakan anti-swapraja.

Kisah kejayaan Surakarta di masa lampau itu dibedah dalam artikel jurnal bertajuk Pengakuan Kembali Surakarta sebagai Daerah Istimewa dalam Perspektif Historis dan Yuridis yang ditulis Ni’matul Huda dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang dikutip Solopos.com, Minggu (13/2/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Solo Pernah Jadi Daerah Istimewa Surakarta Hlo, Tapi Dihapus

Sejarah

Kisah ini bermula setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan penetapan Ir Sukarno sebagai presiden pertama. Pada 18 Agustus 1945, Pakubuwono XII dan Mangkunagoro VII menyampaikan telegram dan ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Mereka juga menyampaikan maklumat dukungan berdiri di belakang RI pada 1 September 1945. Dukungan serupa juga datang dari penguasa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VII yang mengirim telegram ke Ir Sukarno pada 5 September 1945.

Sukarno sebagai Presiden RI menyambut hangat tindakan Pakubuwono, Mangkunagoro, Sultan Hamengku Buwono, dan Paku Alam. Bahkan satu hari sesudah mereka mengirim ucapan selamat, Presiden sudah mengeluarkan Piagam Kedudukan yang menetapkan Susuhunan Pakubuwono XII, KGPAA Mangkunagoro VIII, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Sri Paku Alam VIII pada kedudukannya masing-masing.

Baca juga: Asal Usul Keraton Solo, dari Kartasura Rusak Jadi Surakarta

Akan tetapi, pemerintah pusat belum sempat mengatur kedudukan Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, Kasultanan Yogyakarta, dan Pakualaman. Seperti diketahui, keempat kerajaan itu muncul semasa penjajahan Belanda dan terus berjaya hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya penguasa empat wilayah itu pun mengatur sendiri daerah kekuasaan mereka. Dalam maklumatnya, Pakubuwono XII dan Mangkunagoro VII menyatakan Surakarta Hadiningrat yang merupakan kerajaan sebagai daerah istimewa dari Indonesia.

Adapun wilayah kekuasaannya meliputi, Surakarta, Sukoharjo,Boyolali, Klaten, dan Sragen, di bawah kendali Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningkat. Serta Karanganyar, Wonogiri, dan Kota Mangkunegaran di bawah Kadipaten Mangkunegaran.

Baca juga: Bibit Waluyo Pernah Sebut Ini saat Ditanya Daerah Istimewa Surakarta

Daerah Istimewa Surakarta Dihapus

Sayangnya, status Daerah Istimewa Surakarta ini tidak dikukuhkan seperti halnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini salah satunya disebabkan adanya gerakan anti-swapraja. Sebagai informasi, swapraja adalah daerah yang memiliki hak pemerintahan sendiri semasa penjajahan Belanda. Gerakan anti-swapraja di Solo itu dimotori kelompok intelektual, pemuda dan pejar, di bawah pimpinan kerabat keraton, KPH Mr. Sumodiningrat.

Selain itu, Keraton Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran tidak bisa bekerja sama. Hal ini kemungkinan disebabkan kedua belah pihak merasa sama-sama tinggi dan kuat.

Baca juga: Tak Hanya Pendopo Terbesar, Pura Mangkunegaran Punya Perpus Tertua

Sejarah mencatat Mangkunagoro tidak pernah bersedia menjadi Wakil Kepala Daerah Istimewa Surakarta. Beliau igin Surakarta menjadi daerah istimewa di bawah Pakubuwono, namun Mangkunegaran berdiri sendiri sebagai daerah istimewa juga.

Kekacuan politik terus terjadi sampai akhirnya pada 6 Desember 1946 Gubernur Jawa Barat Soetardjo Kertohadikusumo mendapat tugas merangkap sebagai Residen Surakarta. Sampai akhirnya berdasarkan UU No. 16 Tahun 1947 terjadi pembentukan daerah Surakarta dengan Sjamsurijal sebagai Wali Kota dan Soediro sebagai Residen. Sejak saat itu Kota Surakarta menjadi pusat pemerintahan Keresidenan Surakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya