SOLOPOS.COM - Siswa-siswi jenjang SD dan SMP perwakilan setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali mengikuti Festival Dolanan Bocah yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali di halaman kantor setempat, Rabu (3/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Perkembangan teknologi informasi mempermudah anak-anak mengakses produk kebudayaan luar negeri termasuk akses terhadap permainan. Hal ini perlu diimbangi dengan pengenalan kembali permainan tradisional agar kekayaan budaya lokal tetap lestari.

Upaya pelestarian ini ditempuh salah satunya melalui Festival Dolanan Bocah yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Selasa-Kamis (2-4/11/2021). Acara ini menghadirkan tiga jenis permainan tradisional yakni egrang, lompat tali, dan dakon.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pada Selasa (3/11/2021), anak-anak yang merupakan delegasi SD dan SMP masing-masing kecamatan di Boyolali menyambangi Kantor Disdikbud untuk bermain egrang. Masing-masing kecamatan dibatasi hanya mengirim satu delegasi guna memastika tetap menjaga jarak selama kegiatan.

Baca Juga: Konsep RS Tanpa Dinding, RSUI Banyubening Beri Layanan Gratis di Pasar

Di halaman kantor itu, anak-anak bermain egrang dengan sistem kompetisi. Setiap peserta harus memasukkan bola menggunakan egrang ke dalam gawang dengan durasi waktu lima menit. Apabila peserta menapakkan kaki ke tanah sebanyak dua kali, maka dia didiskualifikasi.

Agenda ini merupakan ajang tahunan Disdikbud. Melalui Festival Dolanan Anak diharapkan anak-anak lebih akrab lagi mengenai permainan tradisional yang ada di daerahnya. Selama ini, anak-anak cenderugn menghabiskan waktu bermainnya menggunakan gawai. Akibatnya, waktu anak-anak untuk bersosialisasi dengan sebayanya jadi berkurang.

“Lewat permainan ini anak-anak yang kurang sosialisasi bisa bercengkrama dengan teman lainnya. Apalagi antusiasnya sangat tinggi. Kami batasi pesertanya hanya 44 anak dan satu pendamping. Jadi tiap kecamatan mewakilkan satu putra dan putri,” kata Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto, saat ditemui wartawan di sela acara, Rabu (3/11/2021).

Baca Juga: Baru Separuh Waduk, Proyek Jalur Pedestrian Rawa Jombor Dilanjut 2022

Menurut Darmanto, derasanya kemajuan teknologi informasi membuat serangan budaya dari luar negeri kuat menerpa anak-anak. Untuk mengimbangi paparan budaya asing ini, anak-anak harus diperkenalkan mengenai kekayaan budaya lokal sendiri.

“Karena sekarang ini, serangan dari luar negeri itu serangan budaya. Jadi budaya warisan ini harus dilestarikan. Jangan sampai anak-anak lebih memilih mempelajari budaya luar negeri daripada budaya sendiri,” ujar dia.

Salah satu peserta acara, Angga Gunawan, mengatakan permainan egrang bagi dirinya tergolong asing. Ia baru memakai egrang setidaknya lima hari terakhir sekaligus berlatih mengikuti Festival Dolanan Anak. Setiap hari pada pagi dan sore, Angga belajar berjalanan di medan turunan agar lekas  mahir.

Baca Juga: Mengaku Wartawan, Orang Minta Uang ke Kepala SMK di Wonogiri

“Sulitnya pas menjaga keseimbangan buat berdiri tegak. Saya baru mencoba kali ini. Dan terus jatuh,” ujar siswa kelas V SDN Jrakah, Selo, ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya