SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Prihatin, seorang perempuan berusia 40 tahun mengaku sudah hampir dua tahun ini mengalami insomnia atau merasa kesulitan untuk bisa tidur.

Kondisi itu membuat ia menjadi sensitif, mudah marah, dan tidak kerasan di rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejak setengah tahun lalu, ia memilih pulang ke rumah orang tua di Solo. Sedangkan suami dan kedua anaknya, masing-masing berusia 19 tahun dan 7 tahun, masih tinggal di Jakarta.

“Terus terang, saya marah atau iri bila malam hari melihat suami dan anak-anak terlelap, sementara saya bingung. Ingin rasanya membangunkan mereka supaya ikut merasakan betapa susahnya tidak bisa tidur di malam hari,” kata dia, belum lama ini.

Prihatin mengaku sudah ke tenaga medis dan diberi obat, tetapi saat obat habis, ia kembali insomnia alias tidak bisa tidur. Yang lebih parah lagi, saat tengah malam sering kali ia berpikir jangan-jangan akan sakit dan akhirnya mati.

“Saya akan kembali ke Jakarta kalau sudah bisa tidur lelap di malam hari. Mohon bantuannya, terima kasih,” ujarnya.

Menanggapi kondisi insomnia yang dialami Prihatin itu, psikolog dari UMS Juliani Prasetyaningrum mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya insomnia pada perempuan.

Pertama, faktor fisik atau medis, seperti gangguan hormon, gangguan jantung, dan lain-lain,” kata dia.

Kemudian faktor psikologis seperti stressor atau situasi penuh tekanan, seperti terlalu memikirkan pekerjaan, kondisi kesehatan maupun keuangan juga dapat memicu insomnia pada perempuan.

Peristiwa duka, misalnya kondisi pandemi yang menyebabkan banyaknya kematian pada orang-orang terdekat atau dikenal, kata Juliani, juga menjadi pemicu lain insomnia pada perempuan.

“Selama ini Anda lebih suka menyimpan stressor yang dialami, dan tidak terbuka kepada suami dan anak, karena khawatir akan membebani mereka. Hal ini mengakibatkan beban psikologis yang dialami, ditanggung sendiri, dan membuat Anda merasakan ketegangan psikologis yang terus menguat sehingga mengakibatkan terjadinya insomnia,” urai dia, menganalisis situasi yang dihadapi Prihatin.

Untuk mengatasinya, Juliani menyarankan agar Prihatin maupun perempuan pada umumnya lebih terbuka pada suami dan anak.

“Pilihlah waktu yang tepat untuk mengomunikasikan apa yang sedang dialami dan dirasakan, mau menerima masukan yang relevan dari suami, anak, dan/atau orang lain serta melakukan relaksasi menjelang tidur,” kata dia, menyarankan.

Tidak hanya itu, untuk mengatasi insomnia juga dapat dilakukan dengan relaksasi. Misalnya dilakukan dengan berwudu (hydrotherapy), salat sunnah (berdoa), dan berzikir (mengagungkan Tuhan YME) sambil tiduran hingga tertidur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya