SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak korban pelecehan seksual. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Penyanyi dangdut Saipul Jamil sudah bebas setelah menjalani hukuman atas kasus pelecehan seksual pada anak. Orang tua perlu mengetahui bagaimana ciri-ciri anak saat mereka jadi korban.

Secara umum, pelecehan seksual pada anak merupakan segala bentuk kontak seksual antara orang dewasa kepada siapa pun yang berumur di bawah 18 tahun. Selain itu, pelecehan seksual pada anak dapat terjadi jika salah satu pelakunya lebih tua atau lebih dominan. Kriteria kedua ini tanpa melihat seberapa tua usia para pelakunya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pelaku pelecehan seksual pada anak tidak hanya berasal dari pihak luar. Namun, banyak juga pihak keluarga sendiri yang menjadi pelakunya. Tindakan yang dilakukan pelaku bisa berupa ciuman, menyentuh kemaluan anak, berhubungan seksual, menunjukkan kemaluan, atau memberikan tontonan pornografi pada anak.

Pelecehan seksual pada anak terjadi karena anak dibujuk, dipaksa, atau diancam. Faktanya, banyak anak yang tidak menyadari atau memahami tindakan yang dilakukan atau diminta kepada dirinya. Terlebih, saat ini pelecehan seksual tidak semata-mata berbentuk kontak fisik. Pelecehan seksual pada anak kini juga bisa terjadi secara daring (online), baik berupa video ataupun foto yang tidak senonoh.

Baca Juga: Psikolog Sebut Saipul Jamil Idap Efebofilia, Apa Bedanya dengan Pedofilia?

Cukup sulit mengetahui bila seorang anak mengalami pelecehan seksual. Kebanyakan dari mereka takut untuk mengungkapkannya karena menganggap hal tersebut diakibatkan oleh kesalahan yang mereka perbuat. Anak-anak juga sering ditakut-takuti pelakunya bahwa cerita mereka tidak akan dipercayai, sehingga mereka merasa terintimidasi dan takut untuk bercerita.

Selain itu, pelaku pelecehan seksual mungkin saja memberikan beragam ancaman yang membuat anak merahasiakan kejadian yang menimpanya. Meski sulit mendeteksi apakah seorang anak mengalami kejadian memilukan ini, namun beberapa hal berikut bisa Anda jadikan patokan untuk mengetahui ada tidaknya pelecehan seksual pada anak.

Berikut ini tanda-tandanya seperti dikutip dari alodokter.com, Senin (6/9/2021):

1. Perhatikan perubahan perilaku pada anak

Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual biasanya akan menarik diri, menjadi lebih agresif, lebih manja, sering mengompol, hingga susah tidur. Anak korban pelecehan seksual juga mungkin akan takut untuk pulang ke rumah.

2. Mengalami masalah fisik

Kejadian tidak pantas ini juga bisa menimbulkan masalah kesehatan pada diri anak. Jika anak merasa nyeri pada kemaluan atau dubur mereka, atau terdapat luka dan cedera yang terlihat tak wajar, maka orangtua harus waspada. Bisa jadi hal tersebut menandakan anak mengalami penyakit menular seksual atau luka karena kekerasan seksual. Selain itu, bisa juga ditemukan anak mengalami kesulitan berjalan atau duduk. Bagi anak perempuan yang sudah menstruasi, pelecehan seksual juga berisiko menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Jalani Rehabilitasi, Bagaimana Nasib Coki Pardede di MLI?

3. Anak terlihat menghindari seseorang

Biasanya, anak yang mengalami pelecehan seksual tidak ingin kejadian tersebut terulang. Maka wajar saja jika anak kemudian menjadi takut bersosialisasi dengan orang lain dan lebih suka menyendiri. Anak juga mungkin akan menjadi takut atau merasa tidak nyaman untuk dibiarkan berduaan dengan orang lain, terutama dengan pelaku pelecehan seksual.

4. Anak mengalami kesulitan belajar di sekolah

Pelecehan seksual pada anak juga bisa mengganggu pendidikan mereka. Anak yang mengalami hal ini biasanya mengalami penurunan prestasi karena mereka kesulitan untuk belajar dan berkonsentrasi.

Ketika sudah mengetahui bahwa anak telah menjadi korban pelecehan seksual, maka orang tua harus bisa mengontrol diri supaya anak tidak semakin terpuruk. Berikut beberapa cara menyikapi pelecehan seksual pada anak:

1. Ajak anak untuk berbicara

Bila melihat anak dalam kondisi tertekan, ajak anak untuk berbicara. Biasanya anak akan bercerita untuk melihat reaksi orang tua terhadap kejadian yang mereka alami. Ketika anak sudah mulai bercerita, usahakan untuk tetap tenang dan dengarkanlah dengan cermat. Jangan menyalahkan atau menyela perkataan anak, sebab hal ini dapat mencegah anak untuk bercerita lebih lanjut.

Baca Juga: Mengenal Learning Loss dan Cara Mengatasinya

2. Berikan waktu

Tidak semua anak dapat menceritakan kejadian buruk ini dalam waktu yang cepat. Jika anak belum siap untuk bercerita, berikanlah anak waktu agar ia dapat menenangkan diri dan tunggulah sampai anak siap untuk bercerita.

3. Berikan dukungan

Dukungan dapat Anda berikan dengan memercayai seluruh perkataan anak dan yakinkan mereka bahwa apa yang terjadi bukan kesalahan mereka. Jelaskan bahwa menceritakan kejadian itu kepada Anda merupakan tindakan yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya