SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga miskin (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kemiskinan Jateng meningkat seiring perlambatan ekonomi yang melanda Indonesia.

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Jawa Tengah (Jateng) diminta mengantisipasi betul kemungkinan kenaikan harga beras jika tak ingin jumlah penduduk miskin bertambah. Terlebih, melihat jumlah penduduk miskin yang merangkak naik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng merilis jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 4,57 juta per Maret 2015 dari 4,56 juta orang pada September 2014. Kendati jika dilihat persentasenya, tingkat kemiskinan stagnan pada level 13,58%.

Ekonom dari Universitas Diponegoro Akhmad Syakir menilai peningkatan jumlah penduduk miskin berbanding lurus dengan kontraksi perekonomian, baik secara nasional maupun regional. Namun, dia menekankan bahwa pemerintah perlu mewaspadai risiko peningkatan penduduk miskin terkait volatilitas harga pangan.

“Itu [kenaikan harga beras] adalah warning yang luar biasa. Makanan adalah komponen yang paling sensitif untuk kemiskinan,” tuturnya pada Bisnis/JIBI, Selasa (15/9/2015).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jateng memperingatkan soal risiko kenaikan harga beras hingga akhir tahun ini. Sementara itu, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) bahkan memperkirakan tren kenaikan harga beras masih berlangsung hingga awal panen raya pada April 2016.

Terlebih, jenis beras yang diperkirakan naik terutama jenis beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat. Padahal, BPS mencatat beras menjadi komoditas dengan pengaruh terbesar terhadap kenaikan garis kemiskinan, yakni 39,67% di perdesaan dan 35,44% di perkotaan.

Jika tak segera diantisipasi, Syakir meyakini jumlah penduduk miskin Jateng akan terus bertambah dan mengerek tingkat kemiskinan makin jauh dari target pemerintah. Apalagi dengan perekonomian regional yang cenderung melambat. “Dalam hitungan saya, setiap pertumbuhan 1% akan mengentaskan kemiskinan sekitar 0,12%,” ungkapnya.

Data termutakhir pun menunjukkan Pemerintah Jateng mustahil mencapai target kemiskinan tahun ini yang dipatok 8,75%. Laju pengentasan kemiskinan di Jateng dalam lima tahun terakhir cenderung melambat dari kisaran 1,2% per tahun menjadi sekitar 0,6% per tahunnya.

Secara lebih terperinci, selama September 2014-Maret 2015, penduduk miskin di perkotaan naik sekitar 65.660 orang menjadi 1,84 juta sedangkan di perdesaan penduduk miskin justru berkurang 50.440 orang menjadi 2,73 juta.

Dengan demikian, persentase penduduk miskin di perkotaan per Maret 2015 naik menjadi 11,85% dari 11,50% pada September tahun lalu. Sementara itu di perdesaan, persentase kemiskinan terkoreksi dari 15,35% menjadi 15,05%.

Pada periode yang sama garis kemiskinan di Jateng naik 5,78% menjadi Rp297.851 per kapita per bulan dari Rp281.570 pada September 2014. Meski naik, Syakir menilai angka tersebut masih sangat minim untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya