SOLOPOS.COM - Ribut Lupiyanto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Usia formal bangsa Indonesia tahun ini menginjak 77 tahun. Hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia (RI) selalu menjadi momentum penting sebagai titik refleksi perjalanan bangsa. Capaian memuaskan telah tertorehkan, tetapi keterpurukan kondisi juga kian mengkhawatirkan.

Bung Karno pernah berujar “perjuanganku lebih mudah karena hanya melawan bangsa penjajah, perjuangan kalian akan lebih berat karena akan melawan bangsa sendiri”. Nasihat futuristik ini akan selalu relevan untuk kita renungkan.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Cita-cita dan mimpi kemajuan merupakan spirit dan peta jalan yang menyemangati kita. Kunci membangun keunggulan SDM yang berkarakter Nusantara adalah memahami sejarah dan meneladani segenap nilai-nilai yang telah diletakkan para pendahulu bangsa. Sedangkan kunci membangun SDM berwawasan global adalah kuatnya visi dan mimpi memajukan negeri guna menjadi terdepan di kancah global.

Sejarah adalah sumber inspirasi sekaligus keteladanan. Aristoteles mengartikan sejarah sebagai suatu sistem yang mengidentifikasi kejadian dalam bentuk kronologi yang menjelaskan kronologi dari terjadinya suatu peristiwa. Topata (2020) menjabarkan bahwa historiografi memiliki empat fungsi. Pertama, fungsi pembelajaran. Edukasi atau pembelajaran sangat membutuhkan sejarah sebagai bahan ilmu pengetahuan. Sejarah menjadi salah satu guru terbaik yang dapat diambil hikmahnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Kedua, fungsi instruktif. Maksudnya bahwa sejarah menjadi ilmu pengetahuan yang bisa dijadikan sebagai sebuah landasan teori. Teori yang lahir dari konsep dalam sejarah dapat digunakan dalam berbagai macam bidang.

Ketiga, adalah fungsi inspirasi. Untuk masa sekarang, sejarah menjadi hal penting. Mengingat kegemilangan dan kesuksesan sesuatu melalui sejarah, setiap orang akan tergugah untuk mencapai hal-hal yang sama baiknya atau bahkan lebih.

Terakhir, fungsi rekreasi. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dijadikan sebagai objek wisata. Sejarah tentu tidak sekadar ditempatkan dalam romantisme. Ia adalah guru yang harus digali nilai keteladanannya untuk dikontekstualisasikan dengan perkembangan zaman.

Obsesi dan Futurologi

Pemimpin masa depan adalah pemimpin masa kini. Tentu itu bukan mimpi atau obsesi yang asal dan penuh ilusi, melainkan mimpi yang terukur dan terpetakan jalan meraihnya. Untuk itulah muncul kajian akademik futurologi yang harus dikuasai dalam proses membangun bangsa.

Canton (2009) mencatat bahwa disiplin ilmu futurologi dipopulerkan pada periode 1970-an oleh saintis bernama Alvin Toffler. Ia mengajukan ramalan bahwa kelak dunia akan berubah seiring cepatnya teknologi, dan yang paling cepat mempengaruhi dunia adalah teknologi informasi. Ramalannya terbukti benar. Saat ini dunia sedang berpesta pora atas mudahnya akses informasi melalui berbagai macam media: internet, televisi, dan telepon selular yang mau tidak mau mengubah cara hidup manusia.

Salah satu ilmuwan yang juga layak disebut futurolog adalah Samuel Huntington yang pada 27 Desember 2008 lalu meninggal dunia. Huntington meramalkan selepas berakhirnya perang dingin, persaingan antar macam peradaban di dunia ini tetap akan berlanjut. “Benturan antarperadaban”, begitu Huntington mengistilahkan, bahkan akan mengambil basis agama dalam pertarungan mereka. Perang berbasis agama telah terjadi sebagaimana yang telah diramalkan Huntington.

Canton sendiri juga merupakan futurolog. Ia adalah murid langsung Alvin Toffler yang melanjutkan metode ilmiah sang guru dalam memprediksi apa yang akan dialami dunia di masa depan. Dia telah memprediksi mengenai bagaimana keadaan dunia hingga 20 tahun ke depan. Menurut ramalannya, energi minyak akan habis dan digantikan dengan energi yang terbarukan.

Pada 2025, menurut Canton, sains masih akan berkembang dengan sangat pesat. Teknologi kedokteran akan semakin maju sehingga usia manusia akan kian panjang. Selain itu, Canton juga meramalkan bahwa iklim di masa depan akan semakin buruk akibat pemanasan global.

Hal yang menarik dari ramalan Canton adalah bahwa “benturan peradaban”, sebagaimana diramalkan Huntington, masih akan terus terjadi. Globalisasi adalah penyebabnya. Semakin mudahnya manusia terhubung satu sama lain justru akan membuat nilai-nilai yang mereka anut saling bertabrakan. Selain itu, Canton memprediksi, China akan tumbuh menjadi negara yang sangat kuat, dan menjadi negara penentu dalam ekonomi global.

Bangsa ini telah menggariskan mimpi dan cita-cita yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Prediksi futurolog global penting dicermati dan dikaji untuk diantisipasi secara terukur meskipun tidak harus ditelan mentah-mentah. Futurologi ke-Indonesiaan penting dikembangkan dan digali bersama sebagai khasanah ilmiah yang konstruktif.

Agenda Pembangunan

Futurologi penting dikuasai sebagai bekal pemandu pembangunan. Kemajuan pembangunan merupakan keniscayaan dalam kompetisi era globalisasi. Beberapa prioritas perbaikan penting diperhatikan dalam menjawab tantangan memajukan pembangunan.

Pertama, melalui penguatan kualitas kepemimpinan. Kontestasi demokrasi mesti diperbaiki dalam hal kualitas SDM. Rakyat mesti dididik agar melek politik dan menempatkan kualitas di atas popularitas apalagi keunggulan materi.

Kedua, sinergi pemberantasan korupsi. Semua pihak penting mawas diri dan berkontribusi dengan prioritas pada pencegahan korupsi. Ketiga, penanggulangan terorisme dan radikalisme. Pencegahan keduanya mesti dilakukan sejak dini.

Keempat, revitalisasi pendidikan. Alokasi 20% anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk pendidikan mesti direalisasikan secara berkeadilan dan optimal. Peta jalan jangka panjang, menengah, dan pendek terkait sektor pendidikan penting untuk segera disusun dan diimplementasikan.

Kelima, penguatan jaminan kesehatan. Negara mesti hadir bagi terjaminnya biaya kesehatan seluruh rakyat, khususnya golongan miskin. Keenam, pengentasan kemiskinan. Sinergi lintas lini penting dioptimalisasi, baik pemerintah, swasta, dan publik. Ketujuh, yaitu pelestarian budaya lokal. Budaya lokal penting dilestarikan dan dilakukan regenerasi.

Bangsa ini memang masih tergolong muda dibanding negara maju, seperti Amerika Serikat. Spirit perjuangan dan pembangunan tidak boleh luntur dan justru mesti terus dipupuk. Mulai sekarang, berbekal historiografi dan bermodal futurologi, target pembangunan bisa terealisasi sesuai obsesi.

Esai ini ditulis oleh Ribut Lupiyanto, Deputi Direktur Center for Public Capacity Acceleration (C-PubliCA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya