Solopos.com, SUKOHARJO – Sejumlah petani keramba jaring apung di Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo memilih memanen ikan lebih awal saat musim kemarau. Mereka tidak ingin mengambil risiko rugi lantaran menipisnya kandungan oksigen di dalam air yang berimbas pada matinya ratusan ikan nila.
Anggota kelompok petani keramba ikan Mina Makmur, Marwan, mengatakan kandungan oksigen di dalam air menipis saat musim kemarau. Hal ini mengakibatkan ikan mudah mati. Dia khawatir merugi lantaran ikan-ikan mati saat puncak musim kemarau yang diperkirakan pada Agustus-September.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
"Saya sudah memanen ikan pada awal Agustus karena takut merugi. Lebih awal panen ikannya karena ikan bakal mati jika kekurangan kandungan oksigen di air," kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (14/8/2020).
Buntut Ricuh Kampung Mertodranan, Polresta Solo Razia di 3 Lokasi Ini
Dalam sekali panen, biasanya para petani ikan di Waduk Mulur ini mampu memanen sekitar lima ton hingga enam ton ikan nila. Mereka lantas memasarkan sebagian hasil panen ikan ke sejumlah pasar tradisional di Sukoharjo seperti Pasar Mulur dan Pasar Ir. Soekarno. Sebagian hasil panen lainnya dijual kepada para pemilik restoran atau rumah makan yang tersebar di Sukoharjo.
Tak sedikit pengepul ikan yang langsung datang ke lokasi budidaya keramba jarring apung di pinggir Waduk Mulur. Mereka membeli ikan dari petani dan menjual kembali ke para pedagang pasar tradisional di luar daerah.
“Produksi ikan nila dipengaruhi kondisi cuaca. Jika terlalu panas bakal memengaruhi kandungan oksigen dalam air,” ujar dia.
Duh, Stadion Manahan Solo Tak Masuk Kandidat Venue Liga 2 yang Dirilis PT LIB
Asa Petani Ikan Sukoharjo
Selama ini, para petani ikan membeli benih ikan nila di berbagai sentra pengembangan benih ikan di Sukoharjo. Namun, ada beberapa petani ikan yang membeli benih ikan di Wonogiri.
Marwan menambahkan potensi pengembangan keramba ikan di Waduk Mulur cukup tinggi. Paling tidak dapat menyuplai kebutuhan ikan nila di Sukoharjo.
“Jumlah petani ikan keramba apung sekitar 20 orang. Mereka melakukan budidaya ikan nila di keramba untuk penghasilan tambahan," papar dia.
Jejak Harimau Jawa di Hutan Wingit Jateng
Sementara itu, seorang petani ikan lainnya, Suratno, mengungkapkan asa petani ikan di tengah gerusan pandemi Covid-19. Menurut Joko, budidaya keramba ikan dapat dikelola maksimal seperti di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Selain dijual, ikan hasil panen bisa diolah menjadi makanan seperti abon dan keripik kulit ikan.
Hal ini harus ada campur tangan Pemkab Sukoharjo untuk mengoptimalkan pengelolaan budidaya ikan di Waduk Mulur yang terbesar di Kabupaten Jamu itu.
“Keterampilan dan kemampuan petani ikan di Sukoharjo tak jauh beda dibanding WGM. Mereka juga bisa memproduksi makanan olahan ikan,” kata dia.