SOLOPOS.COM - Petani minapadi, Subakdo, sedang memberi makan ikan di lokasi persawahan minapadi kelompok Mulyo Martani di Kampung Klurahan Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo Senin (15/8/2022) (Solopos.com/ Tiara Surya Madani)

Solopos.com, SUKOHARJO– Kampung Klurahan, Kelurahan Sukoharjo, Sukoharjo mengembangkan perikanan di area persawahan (Minapadi).

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Sri Wijiastuti, mengatakan awal mula kegiatan Minapadi dicetuskan karena tawaran dari Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Awalnya ada informasi dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, khususnya Bidang Perikanan tentang Minapadi kebetulan juga beberapa pengurus kelompok Tani sebelum ada tawaran pernah bilang berkeinginan mencoba Minapadi dan kalau ada program minta diusulkan. Pengajuan 2019, kami sudah buat proposal dan mendapat undangan untuk menerima usulan kami 10 hektare namun karena pandemi kemudian ditunda,” kata wanita yang akrab disapa Tuti, Senin (15/8/2022).

Dia mengatakan proposal kembali diusulkan pada 2021. Dalam satu kabupaten terdapat empat usulan, namun hanya Kelurahan Sukoharjo yang diterima.

“Ajuan usulan yang diterima hanya perkumpulan kelompok Mulyo Martani. Kerja samanya kami dengan Dinas Pertanian kabupaten, Dinas Pertanian Perikanan Sukoharjo, namun yang memberi hibah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah,” kata Tuti.

Nilai hibah minapadi yang diterima senilai Rp120 juta untuk tiga hektare area persawahan. “Per hektare mendapat Rp40 juta, dari usulan 10 hektare yang disetujui hanya 3 hektare,” lanjut Tuti.

Ia menambahkan nominal Rp120 juta difungsikan dari pembuatan lahan hingga pembibitan ikan.

“Nilai hibah itu untuk membuat caren [parit selebar 1 meter dengan dalam 2 meter memanjang di dalam persawahan untuk kolam ikan], pembelian perangkat pendukung (bambu, dan sebagainya), sampai pembelian benih ikan dan pakan,” kata Tuti.

Selain dilengkapi dengan caren, tiap persawahan yang digunakan untuk minapadi juga dilengkapi dengan kolam besar.

“Bila air surut, ikan akan pindah ke kolam besar,” lanjut Tuti.

Jumlah petani dan pengelola yang diterjunkan lebih dari sepuluh orang. Sementara ikan yang disebar di tiga hektar sawah sebanyak 25.000 bibit.

Proses pembuatan minapadi diawali dengan pengolahan tanah dan pembuatan kolam. Kemudian penanaman padi dan pemberian pupuk. Setelah pemberian pupuk, bibit ikan baru ditebar.

“Sawah biasa pemberian pupuk tiga kali selama penanaman, kami kembangkan minapadi pertama pengolahan sawah, dipupuk, baru kemudian ikan dimasukkan,” lanjut Tuti.

Sebagai penyuluh, Tuti mengaku mengalami kesulitan saat mengenalkan minapadi ke masyarakat karena ada penolakan.

Lurah Sukoharjo, Sugiyo, menambahkan kelurahan memberikan dukungan dari segi  inovasi karena kali pertama minapadi dicanangkan.

“Kami berharap bisa diperluas kembali,” kata Sugiyo.

Ia mengatakan warga sempat memberikan penolakan karena pengolahan lahan membutuhkan tenaga ekstra.

“Inginnya tidak mau. Sehingga kami selalu mengadakan koordinasi dengan PPL dan dinas pertanian agar petani menerima karena sudah menjadi keputusan. Akhirnya terwujud,” kata Sugiyo.

Petani Minapadi, Subakdo, mengakatan suka dukanya saat menjalankan minapadi. Ia mengalami kesulitan saat pembuatan lahan pertanian dan perikanan.

“Pembuatan caren sering longsor. Karena lumpur di sawah terlalu pekat dan lembek,” kata Subakdo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya