SOLOPOS.COM - Kelompok Wanita Tani (KWT) Guyub Rukun, Dusun Keblukan RT 06/RW 10, Desa Sendang Ijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, memanen bawang merah yang ditanam di demplot, Minggu (21/8/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI–Kelompok tani wanita (KWT) Guyub Rukun, Keblukan RT 06/RW 10, Desa Sendang Ijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, berhasil membangun kemandirian pangan skala rumah tangga.

Para anggota tak perlu lagi membeli bahan makanan seperti terong, tomat, bawang merah, dan sayuran hijau lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua KWT Guyub Rukun Sendang Ijo, Suryati, mengatakan sejak dua tahun lalu, para anggota KWT yang berjumlah 30 orang sudah tidak membeli bahan pangan, terutama sayur-sayuran.

Mereka sudah menanam secara mandiri di pekarangan rumah masing-masing. Bahkan tak jarang para anggota menjual hasil tanam ke orang lain. 

“KWT ini dibentuk saat pandemi Covid-19 sekitar dua tahun lalu. Kami mengajukan proposal ke pemerintah. Sempat ditolak, tapi akhirnya jadi juga. Alhamdulillah sekarang kami enggak perlu lagi beli sayuran. Bisa dikatakan penjual sayur keliling enggak laku di sini,” kata Suryati saat berbincang di demontration plot (demplot) KWT Guyub Rukun di Dusun Keblukan, Minggu (21/8/2022).

KWT Guyub Rukun Sendang Ijo mulai berjalan sejak awal pandemi. Kala itu KWT mendapatkan dana bantuan Rp50 juta yang bersumber dari dana alokasi khusus atau DAK Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.

Dana itu digunakan untuk membuat dua demplot sebagai kegiatan pekarangan pangan lestari. Selain itu, pemberian benih, polybag, dan rak tanaman ke semua anggota.

Dia menjelaskan demplot I memiliki luas 279,5 meter persegi dan demplot II memiliki luas 240,25 meter persegi. Lahan demplot meminjam lahan warga yang belum terpakai.

Meski meminjam, tetap ada perjanjian masa pakai, yaitu selama minimal tiga tahun dan dapat diperpanjang sampai lima tahun. 

Di demplot itu, KWT menanam berbagai tanaman hortikultura seperti terong, cabai, kacang panjang, bawang merah, tomat, dan sayuran hijau.

Setiap anggota memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Mereka diberi jadwal piket untuk tanaman di demplot.

“Setiap hari secara bergantian, sesuai jadwal kami datang ke demplot untuk menyirami. Biasanya sore atau pagi hari. Kalau misal ada anggota halangan hadir, iya enggak apa-apa, yang penting izin,” ujar dia.

Sementara itu, polybag dan benih tanaman diberikan kepada anggota setiap semester sekali. Semester satu diberikan sebanyak 40 polybag beserta benih tanaman. Sedangkan semester dua sebanyak 35 polybag beserta benih tanaman . Pemberian benih dan tanaman itu untuk ditanam di pekarangan rumah anggota masing-masing.

Hasil produksi tanam yang ditanam di demplot dijual kepada anggota dengan harga murah. Bahkan, anggota boleh mengambil secara gratis jika memang tidak mempunyai uang.

Tidak ada patokan harga khusus untuk anggota. Mereka bisa membeli secukup dan semampunya.

“Nanti kalau anggota sudah kebagian semua dan masih ada sisa. Maka sisa itu dijual ke orang lain yang bukan anggota. Atau dijual di bazar-bazar pertanian. Kalau dijual ke luar, tentu harganya disesuaikan dengan harga pasar. Uang hasil penjualan masuk ke kas KWT,” jelas dia

Dia menambahkan, setiap tahun KWT Guyub Rukun Sendang Ijo diminta pertanggung jawaban oleh pemerintah. Salah satu bentuk pertanggungjawaban itu ialah harus mampu memproduksi total tanaman sebanyak 600 kg/tahun. 

Salah satu anggota KWT Guyub Rukun Sendang Ijo, Tri Widi Astuti, mengaku menerima banyak manfaat menjadi anggota. Kini dia tidak perlu lagi membeli sayuran ke penjual sayur. Bahkan dia dan anggota lain tidak jarang menitipkan hasil produksi tanamnya ke penjual keliling untuk dipasarkan. Sehingga dapat menambah pemasukan rumah tangga. 

Di pekarangan rumahnya, dia menanam berbagai tanaman seperti cabai, kacang panjang, terong, kangkung, dan tomat. Selain polybag dan benih tanaman, sebagai anggota dia juga menerima bantuan rak tanaman. 

“Kalau mau makan tinggal petik di pekarangan. Nanti paling beli lauk pendamping saja, misalnya ingin makan tempe ya beli tempe. Yang lain cukup petik sendiri. Kalau dihitung-hitung, dengan seperti ini bisa menghemat pengeluaran sampai 60% lebih untuk makan,” ucap Tuti, sapaan akrabnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya