SOLOPOS.COM - Ilustrasi sumur (JIBI/Dok)

Sumur milik seorang warga RT 011, Ngemban Padas, Sutarno, 40,terlihat kering. Hanya ada sedikit air di bagian dasar sumur. Air yang ada itu pun sudah tidak layak pakai.(Foto: Ivan Andimuhtarom)

SRAGEN--Musim kemarau yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir membuat sumur warga Ngembat Padas, Gemolong kering. Ditambah lagi, tidak adanya aliran air dari PDAM memaksa sebagian warga membeli air untuk keperluan sehari-hari.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seorang warga RT 011, Ngembat Padas, Sutarno, 40, mengatakan dirinya sudah tidak dapat mengambil air dari sumurnya meski sudah disedot menggunakan mesin penyedot air. “Debit air sudah turun sejak Puasa dan puncaknya hari ini sumur saya benar-benar tidak dapat mengeluarkan air,” terang Sutarno kepada Solopos.com, Senin (27/8/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk menghadapi kondisi tersebut, Sutarno meminta kepada tetangga yang masih memiliki sedikit cadangan air. Sedangkan untuk memasak dan air minum, dia tidak berani menggunakan air sumur karena kandungan kapurnya terlalu banyak. Biasanya dirinya membeli air mineral isi ulang sebagai air minum.  “Menurut pengamatan saya, sumur di rumah-rumah menjadi kering karena warga banyak mengambil air tanah untuk pengairan sawah yang saat ini ditanami padi,” tambah tukang reparasi televisi tersebut.

Warga RT 013, Ngambat Padas, Marhatun, 50, mengaku juga kehabisan air bersih untuk keperluan sehari-hari sejak sebulan terakhir. Ia akhirnya meminta tetangga yang masih memiliki persediaan. “Untuk memasak dan air minum, sepekan saya membeli enam jeriken isi 30 liter. Satu jeriken saya beli dengan harga Rp3.000. Jadi totalnya saya menghabiskan uang Rp18.000 per pekan,” terang Marhatun di rumahnya.

Marhatun bersyukur karena ia masih mampu membeli air untuk keperluannya. Pemilik setengah hektare sawah yang ditanami padi ini juga mengaku air di sawahnya mulai menyusut sehingga ia harus sering-sering menggali sumur agar airnya keluar.

Hal yang sama dialami Rumini, 27, yang berdekatan dengan rumah Sutarno. Air sumur miliknya telah habis sejak dua minggu lalu. Selama ini ia juga mengandalkan sumur milik warga lain yang masih dapat diambil airnya. Tahun lalu, air di sumurnya masih tersisa sedikt saat kemarau tiba. Tetapi kondisinya, menurutnya, terlalu keruh untuk keperluan masak dan minum. Air itu dulu hanya digunakannya untuk mencuci tangan dan kaki saja.

Ia berharap agar pemerintah Kabupaten Sragen bersedia mengirim air gratis untuknya dan warga lain yang kekurangan air di daerahnya. “Selama lima tahun saya tinggal di sini, belum pernah ada bantuan pemerintah saat kemarau tiba. Saya berharap tahun ini pemerintah mengirim  air bersih kemari,” tandas Rumini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya