SOLOPOS.COM - Ilustrasi krisis air bersih akibat kekeringan. (Antara-Andi Firdaus)

Solopos.com, KLATEN — Lebih dari sebulan terakhir sekitar 500 keluarga di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten mengalami krisis air bersih.

Stok air hujan yang ditandon pada bak penampungan di setiap rumah menipis setelah hujan tak lagi turun memasuki kemarau.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Warga kini membeli air bersih dengan harga bervariasi tergantung letak kampung di desa yang berada pada lereng Gunung Merapi tersebut. “Rata-rata Rp200.000 sampai Rp325.000 per tangki,” kata Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (6/8/2020).

UMKM Bisa Dapat Kredit Rp2,5 Juta Tanpa Jaminan Lho, Ini Detailnya

Ekspedisi Mudik 2024

Satu tangki air bersih berkapasitas sekitar 5.000 liter bisa dimanfaatkan setiap keluarga selama 10 hari hingga dua pekan tergantung jumlah anggota keluarga.

Air bersih yang dibeli itu untuk kebutuhan konsumsi serta mandi. Sementara, air untuk ternak atau perkebunan memanfaatkan air embung yang difungsikan sejak 2017 lalu.

Biasanya, warga di Tegalmulyo menjual sapi untuk memenuhi kebutuhan keluarga termasuk membeli air bersih serta digunakan untuk membeli pakan ternak saat kemarau tiba. Muncul istilah pedet mangan sapi.

Gibran-Teguh akan Door to Door demi Raih 80% Suara di Pilkada Solo

Bantuan Air Bersih dari BPBD Klaten

“Kalau musim seperti ini ya sapi untuk makan pedet [anak sapi]. Karena saat kemarau seperti ini mencari pakan ternak juga sulit hingga akhirnya warga menjual sapi. Rata-rata per ekor terjual seharga Rp30 juta,” tutur Sutarno.

Setiap rumah di Tegalmulyo beternak sapi minimal dua ekor. Sapi-sapi yang dipelihara itu menjadi tabungan bagi warga. “Kalau yang tidak punya sapi ya biasanya berutang dulu,” jelas Sutarno.

Soal bantuan, Sutarno mengatakan sekitar tiga pekan lalu ada bantuan penyaluran air bersih dari Pemkab melalui BPBD Klaten. Warga Tegalmulyo mendapatkan bantuan air bersih sebanyak 10 liter tangki dengan setiap tangki berukuran 5.000 liter per pekan.

13 Rumah Satu Dukuh di Sragen “Pindah” ke Wilayah Jawa Timur, Begini Ceritanya

Air bantuan itu ditempatkan pada bak penampungan umum di setiap tepi dukuh hingga bak penampungan fasilitas umum seperti masjid. “Dari pihak ketiga pada kemarau ini belum ada bantuan,” urai dia.

Lebih lanjut, Sutarno menjelaskan tak semua warga di Tegalmulyo, Klaten, mengalami krisis air bersih. Warga yang tinggal di sekitar empat RT selama ini sudah terbebas dari krisis air bersih dengan memanfaatkan sumber air di desa tersebut.

Desa lainnya di Klaten yang warganya sudah mulai mengalami krisis air bersih yakni Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom. Di desa tersebut, warga yang tinggal di sekitar 12 RT dari 18 RT di Bandungan mulai membeli air dengan harga sekitar Rp110.000 per tangki.

Pakai Uang Saku, 2 Bocah Sragen Bagi-Bagi Rezeki Lewat Youtube

Warga Bangun Sumur Artesis

Upaya untuk mengatasi krisis air bersih sudah dilakukan di Bandungan, Klaten, seperti membangun sumur artesis di beberapa lokasi. Tahun ini ada dua sumur artesis yang masih tahap pembangunan.

Pemerintah desa setempat berharap dengan upaya pengeboran sumur artesis bisa membebaskan seluruh wilayah Bandungan dari daerah langganan krisis air bersih.

Solopos Hari Ini: Subsidi Demi Cegah Resesi

Terkait kondisi krisis air bersih tahun ini, Kaur Umum Desa Bandungan, Andreas Budi Sasono, menjelaskan BPBD Klaten sudah menyalurkan bantuan air bersih. Bantuan itu diarahkan untuk ditempatkan ke fasilitas umum seperti masjid dan gereja.

“Dengan sumur artesis [masih ada yang dibangun], harapan kami ada tangan-tangan mengulurkan [bantuan] ke sini. Semakin banyak air yang dikirim, semakin banyak warga yang tertolong,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya