SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis)

Kekeringan Karanganyar menyebabkan 54 hektare sawah mengalamo puso.

Solopos.com, KARANGANYAR Sebanyak 54 hektare (ha) sawah mengalami puso karena kekeringan. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Karanganyar, Supramnaryo, menyampaikan data kekeringan yang menyebabkan padi puso hingga Juli 2015. Dia menjabarkan data sebanyak 47 ha sawah di Kebakkramat puso dan sisanya 7 ha di Jumapolo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, 86 ha sawah mengalami kekeringan ringan. Sawah yang mengalami kekeringan ringan tersebar di Jaten sebanyak 12 ha, Jumantono 5 ha, dan Kebakkramat 15 ha. “Sawah yang puso karena daerah tidak direkomendasi tanam padi. Enggak dapat air, tetapi nekat. Harga padi bagus makanya petani memberanikan diri tanam padi. Desa Banjarharjo mengalami kekeringan paling parah,” kata Supramnaryo saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (7/8/2015).

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar akan memberikan ganti rugi berupa benih. Dia mengatakan akan mengusulkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan. “Supaya petani enggak susah. Standar itu setiap hektare menerima 25 kilogram benih. Nanti kami cek lagi apakah ada sawah lain yang juga puso,” tutur dia.

Supramnaryo mengungkapkan bantuan benih hanya diberikan kepada petani yang gagal panen. Pertimbangannya, sawah yang mengalami kekeringan ringan masih dapat panen sekitar 4-5 ton per ha. “Harga padi dan beras cukup baik. Taksiran selama ini Rp18-20 juta per ha sekarang Rp30-32 juta per ha.

Selain itu, Pemkab juga akan memberikan bantuan pompa. Dispertanbunhut sudah menyalurkan bantuan pompa sebanyak 24 unit pada 2014. Rencana, mereka akan menyalurkan 13 unit apabila disetujui pada pembahasan APBD Perubahan. “Sasaran kami yang rawan kekeringan, terutama Gondangrejo. Mudah-mudahan bisa membantu.”

Sementara itu, Kepala Desa Banjarharjo, Kebakkramat, Sukirno, membenarkan bahwa sejumlah sawah di wilayahnya puso. Namun, kondisi itu wajar terjadi setiap musim kemarau. Sukirno menuturkan sejumlah petani di Banjarharjo mengandalkan aliran air dari Dam Ledok dan Banjaransari. Namun, aliran air tidak sampai ke Banjarharjo karena sudah habis di perjalanan.

“Ya kan sudah ada diesel. Petani di atas pakai diesel untuk menyedot air. Kami kebagian sisa. Sudah langganan setiap tahun. Kalau enggak hujan tiga hari, pasti kekeringan. Tetapi ada yang panen. Itu hanya 40%-50% saja,” tutur dia saat dihubungi Solopos.com, Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya