SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Sukoharjo, Tri Kuwat, mengakui dirinya pernah mendapatkan laporan kekerasan yang dilakukan LH dari para siswa. Menurutnya, karena masalah itu terjadi antara guru dengan siswa, dirinya menyerahkan penyelesaian masalah kepada kepala sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya baru saja ke sekolah. Saya bilang ternyata islahnya masih berbuntut. Saya ambil langkah-langkah, saya minta sekolah mencounter kalau pernyataan itu tidak benar. Saya minta untuk introspeksi. Kalau memang tidak seperti itu, ya harus dibuktikan,” jelasnya, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (23/11/2013).

Sementara Kepala SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo, Tulus Sutoyo, mengatakan pihaknya telah melakukan klarifikasi kepada guru dan siswa. Menurutnya, sang guru sudah mengakui perbuatan tersebut dan mengaku khilaf.

“Di antara anak ada yang mengatakan oleh guru diperlakukan tidak baik. Digajul [(ditendang], tadi gurunya bilang tidak dendam, tapi mengatakan itu khilaf. Saya sampaikan kepada guru itu kalau etika guru tidak baik meski niatnya baik. Tapi anak tak bisa menerima. Kedua belah pihak sudah dipertemukan. Kepada guru, anda tidak sopan, harus muhasabah, tak ulangi kembali,” terangnya, ketika ditemui wartawan, Sabtu.

Soal tuntutan penggantian wali kelas, ia menyatakan sebenarnya sekolah  tidak bermaksud mengabaikan. Namun, karena keduanya sudah berdamai sehingga masalah itu tak diperpanjang.  “Pak LH itu kan sering ada pengajian bersama siswa, berarti akrab. Kami ingin ini kembali semula. Guru akui kekeliruan, sudah salam-salaman,” tegasnya.

Ia menambahkan, terkait ancaman yang dilakukan beberapa guru kepada siswa, dirinya mengaku tidak tahu.

Diberitakan sebelumnya kasus kekerasan oleh guru kepada siswa  terjadi di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Tragisnya, siswa yang menuntut penggantian guru justru mendapat tekanan dari beberapa guru lain.

Bahkan, para siswa kelas III Teknis Sepeda Motor Yamaha (TSMY) yang melakukan protes dengan membentangkan spanduk permohonan penggantian wali kelas di depan kelas mereka pada Sabtu (16/11/2013) sempat diancam untuk dikeluarkan dari sekolah jika tak menghentikan tuntutan tersebut.

Salah seorang sumber Solopos.com dari kalangan siswa mengatakan permasalahan itu bermula dari adanya pentas seni di sekolah mereka pada Sabtu (26/10/2013). Menurutnya, para siswa tarik-ulur menunggu kedatangan teman sekelas lain. Padahal, sang wali kelas, LH meminta mereka segera melakukan geladi bersih sebelum mereka maju pentas LH kemudian menendang 21 siswa yang sudah berkumpul itu.  Diduga, LH melakukan hal itu karena kesal kepada para siswa yang tak menuruti perintahnya untuk segera melakukan geladi bersih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya