SOLOPOS.COM - Peserta Kejurnas Gantole lepas landas dari Puncak Joglo, Sendang, Wonogiri, Rabu (1/11/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Penyelenggaraan Kejurnas Gantole ternyata tak mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Bukit Joglo yang dikelola Badan Usaha Milik (BUM) Desa Sendang Pinilih, Wonogiri, menjadi tempat diselenggarakan tiga event besar tingkat provinsi, nasional, dan internasional sepanjang September-Oktober 2017.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, berbagai event tersebut ternyata belum mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke desa tersebut. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, event Kejuaraan Nasional (Kejurnas) dan Kejuaraan Terbuka Paralayang, Kamis-Minggu (14-17/9/2017), pada puncaknya Minggu hanya mampu menyedot total 543 pengunjung.

Sedangkan Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Gantole, Jumat-Senin (20-23/10/2017), pada puncaknya Minggu hanya menyedot 518 pengunjung. Sementara Kejurnas Gantole, Sabtu-Rabu (28/10/2017-1/11/2017), pada puncaknya Minggu hanya didatangi 441 pengunjung.

Jumlah kunjungan pada event tersebut justru kalah banyak dengan jumlah kunjungan pada Minggu (15/10/2017) yang mencapai 573 orang. Sementara pengunjung pada Minggu 450-550 orang dan pada Sabtu 150-200 orang. Pada lima hari lainnya, rata-rata 100 pengunjung.

“Saat ini memang tidak seramai dulu saat masih baru. Ini ada event saja masih sepi jika dibandingkan saat tempat ini baru jadi,” kata salah satu pedagang di Bukit Joglo, Maryati.

Sementara itu, Direktur BUM Desa Sedang, Sukamto, mengatakan bakal melakukan inovasi untuk menarik wisatawan dengan berbagai macam kegiatan. Menurutnya, saat ini dirinya lebih fokus membangun infrastruktur untuk pengunjung.

Misalnya, pembuatan musala, penambahan gazebo, dan lainnya. Apalagi BUM Desa itu baru diresmikan pada tahun ini. “Ke depan, kami akan menghidupkan wisata paralayang untuk menarik wisatwan. Saat ini, kami sedang menyiapkan sumber daya manusianya,” ujarnya.

Menurutnya, ketiga event itu belum bisa meningkatkan jumlah wisatawan lantaran kurang sosialisasi. Selain itu, kedua olahraga ekstrem itu tergantung cuaca dan kecepatan angin.

“Jadi tidak bisa diprediksi. Misalnya, ada pengunjung datang ke sini ingin melihat paralayang terbang. Namun setelah menunggu satu jam belum juga terbang karena anginnya belum mendukung. Kali berikutnya pengunjung itu tidak datang lagi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya