SOLOPOS.COM - Ilustrasi perkosaan

Kejahatan seksual bapak tiri asal Trenggalek Jawa Timur, Wiyono, 31, barangkali layak disebut sebagai kelainan jiwa. Tak puas menghamili anak tirinya dan mengaborsi, ia pun menelanjangi anak tirinya itu untuk dipotreti.

Madiunpos.com, SURABAYA—Julukan Wiyono sebagai lelaki dengan kelainan jiwa barangkali layak disematkan kepadanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Statusnya sebagai seorang ayah tiri, justru ia manfaatkan untuk memerkosa anak tirinya yang masih duduk di bangku SMP.

Sopir truk yang tinggal di Jalan Laban Sari Utara Trenggalek ini rupanya memiliki segudang kebejatan kepada keluarga istri dan anak tirinya.

Selain memaksa aborsi kepada anaknya yang sudah hamil lima bulan itu, ia juga mengancam membunuh istrinya yang baru saja dinikahi itu.

Ketika istrinya memergoki ulah bejatnya, ia justru mengancam membunuhnya jika berani berulah macam-macam.

Tak hanya itu, Wiyono seperti ketagihan. Ia pun kembali melampiskan nafsu bejatnya dengan menggagahi lagi anak tirinya setelah melakukan aborasi. Kejadian itu terus terulang sampai tak terhitung.

Dalam menuruti nafsu bejatnya itu, tindakan Wiyono seperti orang mengalami sakit jiwa.

Ia memaksa dan menelanjangi korban. Lalu, setelah melihat tubuh korban tanpa sehelai benang, nafsunya bergejolak. Ia pun memotretnya dengan menggunakan ponsel.

Dengan foto itu, pikir Wiyono, selain bisa buat sensasi, juga bisa untuk senjata untuk mengancam korban jika enggan menuruti birahinya.

“Korban terus disetubuhi hingga terakhir pada 12 Desember 2014 lalu,” terang ujar Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono kepada wartawan, Kamis (8/1/2015) sebagaimana diberitakan Detikcom.

Kejahatan Wiyono berujung setelah polisi yang menerima laporan menangkap bapak tiri bejat tersebut.

Sumaryono menjelaskan, pelaku menikah dengan ibu korban pada 2012 lalu. Ibu korban sendiri mempunyai tiga anak.

Akhir 2012, Wiyono mulai berulah. Melihat bodi bongsor korban, Wiyono mulai meraba dan menjamah tubuh dan alat kewanitaan korban saat tidur.

Mereka memang tidur satu ranjang karena keadaan rumah yang sempit. Korban sebenarnya menolak, tetapi dia takut karena mendapat ancaman.

“Korban diancam agar tidak melapor ke ibunya jika tidak ingin mati,” kata Sumaryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya