SOLOPOS.COM - Perajin wayang kulit asal Kota Solo, Margono, 44, menunjukkan karya miliknya di Sentra IKM Semanggi Harmoni, pada Selasa (7/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Perajin wayang kulit asal Kota Solo, Margono, 44, fokus menggeluti bidang kesenian sebagai pekerjaan utama. Siapa sangka, kecintaannya terhadap wayang justru bisa membawanya keliling ke mancanegara.

Pemilik Sanggar Wayang Gogon ini bahkan menjadi langganan pemerintah untuk pembuatan suviner acara internasional seperti ASEAN Paragames 2022 di Solo dan suvenir untuk Konferensi Tingkat Tinggi (G20) di Bali pada November 2022 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada saat ASEAN Paragames 2022, ia mendapatkan 2.600 pesanan minatur wayang Rajamala dan 500-an suvenir dalam bentuk lain. Dengan pembuatan suvenir ini, ia bisa memberdayakan perajin wayang kulit lainnya untuk memenuhi pesanan tersebut. Namun desain dan finishing produk tetap Margono yang mengerjakan.

Sebagai seniman, pandemi Covid-19 sempat membuat aktivitas kesenian yang ia geluti terhenti. Ia harus memutar otak untuk melakukan promosi dan edukasi wayang. Kemudian, ia memutuskan untuk membuat berbagai macam suvenir, dengan masih mengusung tema wayang sebagai ciri khasnya.

Suvenir ini juga sebagai sarana mengenalkan wayang, tapi dalam media dan bentuk lebih kecil dan variatif dengan harga lebih terjangkau daripada wayang kulit sebagai produk utamanya. Pertama, ia membuat masker lukis wayang, Margono mengaku sempat kewalahan memenuhi pesanan masker lukis wayang tersebut karena laku keras.

Produk miliknya berupa gantungan kunci, topeng, miniatur wayang, dan lain-lain, ia banderol dengan harga Rp5.000/buah hingga Rp500.000/buah. Sementara untuk wayang kulit yang digunakan pertunjukan ia jual dengan harga Rp250.000 hingga Rp2 juta, tergantung tokoh dan teknik pembuatan.

Margono menjelaskan bahwa dirinya memang menyukai dunia pewayangan sejak ia duduk di bangku SD. Menurutnya, darah seniman mengalir dari ayahnya yang merupakan seorang dalang.

Alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini menguraikan bahwa ketertarikan di dunia seni ia lanjutkan dengan mengambil Jurusan Seni Rupa saat duduk di bangku SMA dan mengambil kuliah Seni Pedalangan dan lulus 2007.

Kemudian pada 2008, ia resmi mendirikan Sanggar Wayang Gogon, di Jl. Halilintar, Kentingan, Jebres, Solo. Hingga saat ini, ia mempunyai dua tempat produksi yakni di Sentra Indutri Kecil Menengah (IKM) Semanggi Harmoni yang ia tempati pada 2019, dan di Karanganyar yang digandeng oleh pemerintah kabupaten setempat pada 2022 lalu.

Pada 2009, ia mengikuti pameran nasional pertama di Jakarta yang membawa namanya dan karyanya makin dikenal oleh masyarakat luas. Di sana, Margono membuka workshop pembuatan wayang kulit dan ia juga melakukan pementasan wayang kulit.

“Dari 2009 tersebut, berlanjut setiap ada kegiatan [kebudayaan] di Jakarta saya selalu dilibatkan. Hingga meluas ke Bali dan Jawa Timur,” terang Margono saat ditemui Solopos.com pada Selasa (7/2/2023) di Sentra IKM Semanggi Harmoni.

Hingga 2012 Margono akhirnya ditunjuk mewakili Indonesia sebagai Duta Seni ke Amerika Serikat dengan mengunjungi tiga kota selama tiga pekan untuk membawa kesenian pewayangan tersebut. Paling baru, Margono turut hadir dalam pameran internasional di Thailand.

“Kemudian pada 2013, saya membuat wayang dengan tokoh Sear terbesar di dunia dengan tinggi enam meter, dengan desain saya buat sendiri dan pengerjaaannya dibantu lima orang teman. Wayang Semar tersebut saya bawa berkeliling di Jawa dan Bali, dan hingga saat ini telah dibawa ke 66 titik, pada saat kegiatan kirab budaya, wayang masuk sekolah, pokoknya kegiatan yang berkegiatan dengan kebudayaan,” ujar Margono.

Workshop pembuatan wayang kulit yang dirintis Margono diminati oleh anak sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi lokal hingga luar negeri. Selain itu, ia juga mengisi kelas gamelan, karawitan, pedalangan dan tari, yang saat ini telah mempunyai 200 siswa.

“Penekanan saya adalah regenerasi, karena dengan regenerasi, secara enggak langsung juga promosi. Promosi membuat wayang karena wayang jika tidak dikenalkan kepada masyarakat akan punah, jadi bisa melalui workshop, pelatihan, dan wayang masuk sekolah. Walaupun tidak beli, tapi akan tertarik akan wayang,” papar Margono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya