SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona varian delta. (Bisnis-LIPI)

Solopos.com, SOLO--Kecepatan transmisi varian Delta, bahkan hanya dengan berpapasan bisa tertular, menjadi perhatian khusus. Karena itu Organisasi Kesehatan Dunia mendesak orang yang sudah mendapat vaksin penuh untuk terus memakai masker, menjaga jarak sosial dan mempraktikkan langkah-langkah keamanan.

Hasil tracing di Australia pada kasus yang terjadi di salah satu pusat perbelanjaan South Wales, menunjukkan kecepatan transmisi varian Delta ini. Hal ini kemudian ditanggapi oleh Ketua Satgas IDI Prof Zubairi Djoerban menyebut transmisi cepat varian Delta bukan candaan semata.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam cuitannya di akun Twitter pribadi miliknya, Prof Zubairi mengatakan kecepatan transmisi varian Delta sudah menjadi perhatian khusus para ahli, terutama kejadiannya tak hanya terjadi sekali di Australia.

"Makanya pejabat kesehatan Australia mengingatkan bahwa penularan virus tidak lagi butuh waktu hingga 15 menit, tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik," tulisnya.

Baca Juga: Anak Shandy Aulia Diejek, Begini Penjelasan Pakar tentang Kurang Gizi

Ahli virologi Universitas Griffith, Lara Herrero, mengatakan dalam momen transmisi yang terekam di CCTV, virus didapati bisa bertahan di udara cukup lama sehingga seseorang bisa menghirupnya dan kemudian terinfeksi.

Transmisi varian Delta dengan kontak sekilas juga didukung pernyataan beberapa ahli temasuk ahli epidemiologi dunia Eric Feighl-Ding.

"Secara global, varian Delta memang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kabar baiknya, sebagian besar vaksin yang beredar masih bisa bekerja melawan varian Delta ini," pungkas Prof Zubairi seperti mengutip laman Detik.com, Sabtu (26/6/2021).

Melihat kecepatan transmisi varian Delta ini, masyarakat yang sudah mendapat vaksin penuh tetap diimbau untuk mengenakan masker.

"Orang tidak bisa merasa aman hanya karena mereka memiliki dua dosis. Mereka masih perlu melindungi diri mereka sendiri," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses Obat-Obatan dan Produk Kesehatan, Mariangela Simao seperti mengutip laman Bisnis.com, sabtu (26/5/2021).

"Vaksin saja tidak akan menghentikan penularan komunitas," tambah Simao. Komentar organisasi kesehatan itu muncul ketika beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, sebagian besar telah menghapus masker dan pembatasan terkait pandemi karena vaksin Covid-19 telah membantu menurunkan jumlah infeksi dan kematian baru.

Baca Juga: Covid-19 Berpengaruh Terhadap Kasus Stunting Anak, Ini Penjelasannya

Jumlah infeksi baru di AS tetap stabil selama sepekan terakhir dengan rata-rata 11.659 kasus baru per hari, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Namun, infeksi baru telah menurun selama beberapa bulan terakhir. Pejabat WHO mengatakan mereka meminta orang yang divaksinasi penuh untuk terus "bermain aman" karena sebagian besar dunia tetap tidak divaksinasi dan varian yang sangat menular, seperti Delta, menyebar di banyak negara, memicu wabah.

The Wall Street Journal melaporkan pada Jumat (25/6/2021), bahwa sekitar setengah dari orang dewasa yang terinfeksi wabah varian delta di Israel telah divaksinasi sepenuhnya dengan vaksin Pfizer-BioNTech , yang mendorong pemerintah di sana untuk menerapkan kembali persyaratan masker dalam ruangan dan tindakan lainnya.

WHO mengatakan pekan lalu bahwa delta menjadi varian dominan penyakit di seluruh dunia. Pejabat WHO mengatakan varian tersebut, pertama kali ditemukan di India tetapi sekarang di setidaknya 92 negara, adalah jenis virus corona tercepat dan terkuat yang pernah ada, dan akan "mengambil" orang yang paling rentan, terutama di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah. Mereka mengatakan ada laporan bahwa varian Delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut.

Namun, ada tanda-tanda regangan Delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya. "Ini berpotensi menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam transmisi antar manusia dan pada akhirnya akan menemukan orang-orang yang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi mati," kata Direktur Eksekutif dari Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Mike Ryan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya