SOLOPOS.COM - Ilustrasi koban kecelakaan jalan raya(Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO–Kecelakaan Demak antara KA Argro Bromo Anggrek vs Toyota Kiyang merenggut lima warga Sukoharjo, empat di antaranya keluarga Wakil Ketua DPRD Sukoharjo, Giyarto.

Pemakaman jeanzah keempat orang tersebut dilangsungkan Kamis (9/10/2014). Sriati dan Warto Wijaya duduk tegar di teras rumahnya. Tak ada air mata menetes dari kedua bolamatanya. Sepasang kakek nenek itu rupanya masih tak percaya ketika ratusan pelayat hilir mudik menyalaminya dan berbelasungkawa atas kematian puteri sulungnya, Sri Wahyuningsih, 50, serta sejumlah kerabatnya dalam insiden maut di Desa Brambang, Karangawen, Demak, Rabu (8/10/2014) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kulo, mboten wonten firasat napa-napa,” kata Sriati, 85, menjawab pertanyaan sejumlah wartawan di kediamannya RT 004 / RW 003 Dukuh Ngepung, Karanganyar, Weru, Sukoharjo, Kamis (9/10/2014).

Kematian memang sebuah misteri. Sriwahyuningsih, perempuan yang sehari-harinya sebagai Kaur Keuangan Desa Karanganyar itu, berangkat ke Demak tanpa meninggalkan pesan apa-apa selain pelukan erat kepada adik kandungnya, Giyarto.

“Tak biasanya Kakak memeluk saya begitu erat. Saya sampai heran, ada apa to Mbak?” kata Ketua DPD Golkar Sukoharjo ini mengisahkan proses pamitan kerabatnya berangkat menghadiri hajatan khitanan di Demak.

Sejak itulah, keluarga Giyarto merasakan kegundahan di hati. Hari beranjak siang. Ayah Giyarto, Warto Wijaya yang sudah berusia senja, mendadak tersedak berkali-kali ketika makan siang. Mereka sama sekali tak menangkap itu sebagai sebuah firasat. “Keselak bola-bali. Ono opo to iki,” kata Warto Wijaya.

Tak berselang lama, sebuah pesan pendek masuk ke ponsel Giyarto. Isinya, rombongan kendaraan tersambar kereta api.

“Keponakan saya, Esti Wahyuntari yang ikut dalam rombongan langsung SMS saya setelah kejadian. Dia selamat karena melompat sesaat sebelum kereta menyambar mobil,” terang Giyarto.
Kepada wartawan, Esti masih belum bisa memberikan keterangan. Wajahya pucat menyiratkan kejiwaannya yang terguncang hebat. Ada banyak bekas luka di wajahnya. Beberapa kali ia menangis tersedu sambil bersandar di dinding rumah.

“Ketika kereta sudah mendekat, dia masih sempat menyahut anaknya keluar dari mobil. Tapi, suaminya, Hartanto tak terselamatkan,” terang Giyarto.

Ada lima korban dalam insiden maut itu. Mereka adalah Sriwahyuningsih dan suaminya Sutarto. Ketiga adalah Hartanto, Ponimin, serta Lilis. Kelimanya masih satu kerabat dan tinggal berdampingan. Sementara, empat korban selamat.

Masih Dirawat
Dua di antaranya dirawat di RS Brayat Minulyo Solo. “Mereka dimakamkan dalam satu liang di permakaman setempat. Selain masih satu kerabat, juga kontur tanah di sini keras. Kalau bikin lima lahang, terlalu lama,” kata Kepala Desa Karanganyar, Suyadi.

Sebagai rekan kerjanya, Suyadi tahu betul keseharian Sri Wahyuningsih yang bertugas sebagai bendahara desa. Selain berdedikasi, ia juga seorang yang diibukan karena terlahir sebagai anak sulung. “Saat mau berangkat ke Demak, ia pamitan kepada saya, mau minjam uang untuk tambahan saku untuk jaga-jaga di perjalanan,” ujar Suyadi.

Di mata Giyarto, Sriwahyuningsih adalah sosok pengganti orangtua. Dia adalah satu-satunya kakak perempuan dari empat bersaudara. “Ia sempat mengatakan bangga memiliki adik yang bisa menjadi anggota DPRD. Pesannya, semoga saya tetap amanah menjadi wakil rakyat,” kata Giyarto.

Sementara itu, korban lainnya, Ponimin, 62, merupakan salah satu pecinta wayang kulit yang dekat dengan seluruh dalang yang ada di wilayah Solo Raya.  Ki Jatmiko, dalang yang juga putra dalang kondang Ki Anom Suroto,
Bahkan menganggap Ponimin seperti ayah angkatnya.

“Beliau sangat peduli dengan wayang kulit. Bahkan tak segan merangkul, menyatukan, dan menyemangati para dalang untuk terus eksis,” ungkap Ki Jatmiko yang ikut melayat.

Tiga hari sebelum peristiwa nahas, kisah Jatmiko, Ponimin memang sempat memintanya datang ke rumahnya karena buah mangga di rumahnya sudah siap panen. “Saya bilang dua tiga hari lagi baru bisa datang. Ya ternyata hari ini saya datang untuk melayat beliau,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya