SOLOPOS.COM - Petani menanam bibit porang di Desa Bodag, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Selasa (19/10/2021). (Madiunpos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN — Kebutuhan kotoran ternak di Kabupaten Madiun meningkat tajam saat musim tanam umbi porang tahun ini. Bahkan, mereka harus berburu hingga ke luar desa untuk mendapatkan kotoran ternak.

Kondisi itu masih diperparah dengan harga kotoran ternak di Kabupaten Madiun naik 100%. Petani di Kabupaten Madiun mulai menanam porang pada Oktober ini. Hal itu membuat permintaan pupuk organik dari kotoran ternak meningkat tajam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : Ditelantarkan, Istri Siri Laporkan Pejabat Pemkab Madiun

Ketua Kelompok Petani Porang Desa Bodag Kecamatan Kare, Wawan Budianto, 33, mengatakan permintaan kotoran ternak meningkat tajam saat ini. Bahkan, petani porang harus membeli kotoran ternak dari desa lain.

Peningkatan permintaan sejalan dengan harga kotoran ternak. Dia menuturkan harga kotoran ternak sapi Rp12.000 per karung, padahal sebelumnya hanya Rp5.000 per karung. Tidak hanya harga kotoran sapi yang naik dua kali lipat.

Harga kotoran kambing mencapai Rp15.000 per karung, padahal sebelumnya hanya Rp7.000 sampai Rp8.000 per karung. “Harga kotoran ternak untuk pupuk organik ini naik tahun ini,” kata dia saat ditemui di rumahnya, Selasa (19/10/2021).

Baca Juga : Jembatan Kaca Sepanjang 120 Meter di Kawasan Bromo, Bisa Uji Nyali Nih

Wawan mengatakan tanaman porang membutuhkan pupuk kandang sangat banyak supaya tumbuh subur dan berkualitas. Satu hektare lahan membutuhkan sekitar 100 karung hingga 150 karung kotoran ternak. Bayangkan apabila harga kotoran ternak naik dua kali lipat, maka biaya pemupukan dan perawatan juga naik dua kali lipat.

“Lahan saya sekitar dua hektare. Itu membutuhkan sekitar 300 karung kotoran ternak. Ini digunakan mulai masa tanam hingga panen. Petani di sini tidak diperbolehkan menggunakan pupuk kimia karena mengurangi kualitas umbi,” kata pria yang juga petani porang.

Karena kebutuhan itu, Wawan menjelaskan sebagian besar petani porang juga memiliki ternak, baik kambing maupun sapi. Hal ini supaya mereka bisa mendapatkan pupuk dari kotoran ternak yang dipelihara. “Saya sendiri punya empat ekor kambing. Ya lumayan untuk mengurangi biaya pembelian pupuk organik,” katanya.

Baca Juga : Solar Bersubsidi di Madiun Langka Sudah Dua Pekan

Hal senada dikatakan petani porang di Desa Bodag, Sumardji, 71. Dia mengatakan kebutuhan kotoran ternak untuk pupuk tanaman porang meningkat. Bahkan, dirinya harus membeli kotoran ternak dari luar desa. “Saya nyari-nyari di sini sudah tidak ada. Akhirnya ya nyari di luar desa. Karena memang butuh itu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya