SOLOPOS.COM - Salah satu grup tampil dalam Festival Jathilan di depan Kantor Kecamatan Kemalang, Rabu (17/5/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kebudayaan Klaten, Festival Jathilan yang diikuti 32 grup dari 25  kecamatan memeriahkan boyongan Kantor Kecamatan Kemalang.

Solopos.com, KLATEN — Suara gamelan yang ditabuh sekelompok orang di bak pikap mengiringi para penari berlenggak lenggok di depan panggung di Jl. Deles Indah depan kantor Kecamatan Kemalang, Rabu (17/5/2017) siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengenakan ikat kepala dan membawa kuda lumping, para penari itu menyajikan tari bertajuk Perjuangan yang memeragakan perang melawan penjajah. Maju Tak Gentar menjadi salah satu lagu yang dinyanyikan mengiringi para penari asal Paguyuban Seni Reog Klinthing Manunggal asal Wonorejo, Desa Kingkang, Wonosari itu.

Selama 10 menit, mereka menyajikan tarian tersebut. Paguyuban itu menjadi peserta pertama yang tampil dalam parade Festival Jathilan. Sebanyak 32 grup dari 25 kecamatan di Kabupaten Bersinar mengikuti festival tersebut.

Kelompok jathilan dari berbagai daerah itu berdatangan dan memadati Jl. Deles Indah, Desa Keputran, sejak Rabu pagi. Tak terkecuali anggota paguyuban asal Wonosari tersebut.

“Sejak habis Subuh kami berangkat. Baru kali ini ikut festival. Biasanya hanya tampil dalam acara-acara seperti peringatan HUT RI. Ya harapannya festival seperti ini sering digelar,” kata Wido Raharjo, 60, sesepuh Paguyuban Seni Reog Klinthing Manunggal saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela kegiatan.

Festival itu tentu menarik minat warga yang terus berdatangan memadati kawasan di sekitar kantor kecamatan. Tingginya antusiasme warga yang ingin menyaksikan atraksi para peserta membuat panitia berulang kali mengingatkan penonton untuk memberikan akses peserta tampil. Sesekali panitia mengingatkan penonton agar tak menaiki salah satu panggung lantaran khawatir roboh.

Plt. Camat Kemalang, Harjaka, mengatakan masing-masing kecamatan mengirimkan satu grup untuk mengikuti festival. Jumlah peserta terbanyak yakni Kemalang dengan tujuh grup.

“Kemalang kami batasi tujuh grup. Hampir setiap desa di Kemalang bisa lebih dari dua grup kesenian. Memang bisa dibilang Kemalang gudangnya grup kesenian,” katanya.

Tim juri dalam festival itu berasal dari Dewan Kesenian Klaten. Sementara para pemenang mendapat piala serta uang pembinaan. Juara I mendapat Rp3,5 juta, juara II Rp2,5 juta, juara III Rp1,5 juta, serta juara harapan I dan II masing-masing Rp1 juta.

Harjaka menuturkan selain melestarikan kebudayaan festival digelar untuk memperingati boyongan kantor Kecamatan Kemalang dari Desa Kemalang ke Desa Keputran. Boyongan tersebut dilakukan sekitar 1943.

“Festival ini digagas sejak posisi camat masih dijabat Pak Bambang Haryoko [kini menjabat Camat Trucuk]. Untuk jathilan seperti di wilayah Kemalang dan Karangnongko memang banyak grup. Harapan kami ini bisa ditularkan sehingga anak-anak itu tidak hanya sibuk bermain ponsel tetapi bisa belajar bagaimana melestarikan budaya yang dimiliki,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten, Joko Wiyono, mengapresiasi acara tersebut. Ia berharap acara serupa bisa diadakan setiap tahun.

“Patut disyukuri juga jika dibandingkan negara lain bicara tentang teknologi, Indonesia bisa kalah. Bicara tentang alam dan budaya Indonesia luar biasa. Hanya dengan budaya akan mempersatukan kita semua,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya