SOLOPOS.COM - Perserang Serang (Instagram @perserang.official)

Solopos.com, SOLO – Kasus pengaturan skor oleh lima mantan pemain Perserang Serang pada kompetisi Liga 2 2021 menjadi peristiwa memalukan terbaru yang kembali mencoreng wajah sepak bola Indonesia. Komite Disiplin (Komdis) PSSI juga tresmi menjatuhkan hukuman kepada lima pemain yang terbukti melakukan percobaan pengaturan skor.

Hukuman itu dijatuhkan setelah Komdis PSSI menggelar sidang selama beberapa hari. Komdis juga telah mengumpulkan bukti yang cukup untuk menjatuhkan sanksi tegas kepada pelaku pengaturan skor. Nama mantan pemain Perserang Serang yang dijatuhi hukuman yakni Eka Dwi Susanto, Fandy Edy, Ivan Juliandhy, Ade Ivan Hafilah, dan Aray Suhendri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari hasil temuan Komdis PSSI, kelima pemain tersebut berencana mengalah ketika Perserang Serang berjumpa dua kontestan lain, yakni Rans Cilegon FC dan Persekat Tegal. Kelimanya diminta bantuan agar timnya kalah 0-2 pada babak pertama dengan iming-iming uang.

Baca Juga: Jelang Piala AFF 2022, Shin Tae-yong Panggil 26 Pemain, Ini Daftarnya

Ekspedisi Mudik 2024

Sebetulnya, kasus percobaan pengaturan skor yang dilakukan lima pemain Perserang Serang itu bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di sepak bola Indonesia. Sebab, sebelumnya sudah ada sederet kecurangan yang pernah terungkap di sepak bola Indonesia.

Berikut sederet kasus pengaturan skor yang pernah terungkap di Indonesia melansir Suara pada Jumat (5/11/2021).

Kasus Suap Johan Ibo pada Divisi Utama 2015

Mantan pesepak bola Indonesia, Johan Ibo, pernah ditangkap pihak kepolisian karena terlibat kasus suap untuk mengatur pertandingan sepak bola. Aksi yang dilakukan Johan Ibo itu terjadi pada kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2015. Dia tertangkap tangan berupaya menyogok pemain Pusamania Borneo FC.

Demi merencanakan aksinya itu, Ibo mendatangi hotel pemain guna membahas rencana memenangkan Persebaya Surabaya. Setidaknya, ada tiga pemain PBFC yang dihubungi Ibo melalui pesan singkat. Setelah mengendus rencana busuk ini, manajemen PBFC memancing Ibo.

Dia disergap dan kemudian diamankan pihak kepolisian. Namun, mantan pemain Arema Indonesia itu akhirnya dilepaskan karena beberapa alasan. Beberapa di antaranya ialah tidak adanya cukup bukti serta minimnya perangkat perundang-undangan yang digunakan untuk menjerat Johan Ibo.

Sepak Bola Gajah PSIS Semarang vs PSS Sleman

Dunia sepak bola Indonesia pernah dikejutkan dengan sebuah pertandingan aneh yang mempertemukan antara PSS Sleman vs PSIS Semarang. Momen itu terjadi pada laga terakhir babak delapan besar Divisi Utama 2014. Kedua tim bermain tidak sportif karena sama-sama tidak ingin menang.

Pada akhirnya, pertandingan yang berlangsung di Stadion Sasana Krida AAU, Yogyakarta, 26 Oktober 2014 itu, PSS menjadi pemenang dengan skor 3-2. Semua gol yang tercipta pada pertandingan ini terjadi karena aksi bunuh diri dari masing-masing tim. Salah satu faktor yang membuat PSS dan PSIS mempraktikkan sepak bola gajah itu ialah karena lawan yang akan dihadapi pada partai semifinal.

Apabila meraih kemenangan, PSS dan PSIS akan berjumpa Pusamania Borneo FC. Klub yang disebut terakhir ini memang ditakuti lawan-lawannya karena dianggap ada faktor nonteknis. Oleh sebab itu, PSS dan PSIS tak mau menang karena mereka akan berjumpa PBFC yang saat itu sudah diisukan mendapat satu tiket promosi ke ISL.

Match-Fixing PS Mojokerto Putra

Kasus pengaturan skor yang belum lama terungkap di dunia sepak bola Indonesia ini melibatkan banyak pihak. Saat itu, sejumlah pihak memberikan uang agar PS Mojokerto Putra naik kasta dari Liga 3 menuju Liga 2.

Otak dari pengaturan skor yang mencatut PS Mojokerto Putera adalah Vigit Waluyo. Dia adalah sosok yang memberikan dana ratusan juta kepada Dwi Irianto, alias Mbah Putih, dalam pertandingan PS Mojokerto Putra.

Baca Juga: Batal ke Jawa Timur, Stadion Manahan Tetap Jadi Tuan Rumah Liga 1

Sementara itu, kasus pengaturan skor lain yang juga melibatkan PS Mojokerto Putra terjadi pada kompetisi Liga 2 2018. Pada dua laga melawan Kalteng Putra, yakni tanggal 3 dan 9 November 2018, terdapat indikasi match-fixing. Selain itu ada pula indikasi pengaturan skor pada laga melawan Aceh United dan Gresik United.

Kasus yang paling mencuri perhatian dunia sepak bola Indonesia saat itu terjadi pada pertandingan antara PS Mojokerto Putra melawan Aceh United. Pada duel yang berlangsung 19 November 2018 itu, pemain PS Mojokerto Putra, Krisna Adi Darma, diduga sengaja tidak mencetak gol saat menjadi algojo penalti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya