SOLOPOS.COM - Ilustrasi kebakaran (Backgroundpictures.org)

Kebakaran Sleman perlu diwaspadai, terutama di bagian lereng pegunungan dan perbukitan.

Harianjogja.com, SLEMAN-Potensi kebakaran mengancam Kabupaten Sleman di wilayah lereng pegunungan dan perbukitan. Tercatat ada tiga kecamatan yang rawan kebakaran. Di antaranya Prambanan, Turi dan Cangkringan.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Kepala UPT Pemadam Kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Ismu Achmad Widodo, mengatakan daerah di areal perbukitan maupun di lereng Gunung Merapi memang harus diwaspadai. Pasalnya kondisi tumbuhan mulai mengering.

Seperti yang terjadi di Prambanan tepatnya Desa Gayamharjo, Wukirharjo maupun Sambirejo, daun pohon jati mulai rontok. Rerumputan juga mulai kering. Ia mengimbau agar warga berhati-hati saat membuat perapian. “Jika membakar sampah harus dipastikan sampai mati sebelum meninggalkan. Putung rokok juga harus dipastikan mati sebelum dibuang,” kata Ismu di ruangannya, Kamis (17/9).

Tercatat sejak memasuki Ramadhan Bulan Juni lalu, peristiwa kebakaran di Kabupaten Sleman terus meningkat. Hampir dalam sepekan selalu ada kejadian. Selain karena kelalaian manusia, kebakaran juga dipicu cuaca panas yang ekstrem.

Ismu mengungkapkan sejak Januari hingga September 2015, sudah lebih dari 75 kasus kebakaran di Sleman. Tidak hanya membakar rumah warga dan pabrik, kebakaran juga menimpa lahan perkebunan seperti lahan tebu.

Kejadian terakhir terjadi Kamis (17/9) pagi. Sebuah tabung gas ukuran 12 kilogram meledak di Perum APH B 10 Seturan CT Depok Sleman. Api tidak sampai merembet ke ruangan lain karena warga berhasil memadamkan api sebelum dua unit mobil pemadam datang ke lokasi kejadian.

“Sampai sekarang tidak ada [kejadian] yang sampai menelan korban jiwa tapi ya itu tadi, kejadiannya semakin sering,” kata Ismu di ruangannya, Kamis.

Menurutnya cuaca panas saat ini menjadi salah satu penyebab kebakaran yang selama ini terjadi. Musim kemarau yang diprediksi berlangsung lama dimungkinkan semakin menambah data kebakaran yang terjadi.

Pada tahun 2014, kasus kebakaran di Sleman mencapai 90 kasus. Tahun ini baru sampai pertengahan September sudah lebih dari 75 kasus. “Saya lihat [kasus kebakaran] trennya meningkat. Kalau kemaraunya panjang bisa dimungkinkan kebakaran mudah terjadi tapi semoga tidak,” kata dia.

Sementara Kepala BPBD Sleman, Juli Setiono Dwi Wasito, meminta warga masyarakat dapat mendukung kinerja petugas damkar dalam upaya pemadaman. Selama ini salah satu kendala yang dihadapi saat memadamkan api di tengah pemukiman yakni akses jalan masuk ke titik lokasi yang sempit. Ditambah dengan adanya gapura yang ketinggiannya di bawah tinggi mobil damkar.

“Kami himbau kalau membangun gapura jangan terlalu pendek. Ketinggian mobil itu sekitar 3,8 meter. Paling tidak [bangunan gapura] minimal empat meter,” kata dia.

Kendala lainnya adalah lalu lintas yang padat. Dalam kondisi tertentu, mobil damkar sulit mengejar waktu sampai ke lokasi karena terhambat padatnya kendaraan di jalan raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya