SOLOPOS.COM - Petugas EDP menunjukkan telur nyamuk ber-Wolbachia, Rabu (13/12/2017). (Harian Jogja/Sunartono)

Butuh waktu bagi peneliti untuk menyimpulkan efektivitas pemberantasan demam berdarah dengan metode Wolbachia.

Harianjogja.com, JOGJA–Sebanyak 8.000 ember berisi telur-telur nyamuk Aedes aegypti dengan kandungan bakteri Wolbachia milik para peneliti Eliminate Dengeu Project (EDP) Universitas Gadjah Mada sudah ditarik dari lokasi peletakan karena ambang batas perkembangbiakan sudah terpenuhi. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah membuktikan apakah metode ini benar-benar ampuh atau tidak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Tim Peneliti EDP Adi Utarini menyampaikan pengukuran efektifitas akan dilakukan pada 2018 dan 2019. Pada periode itu, EDP akan mengukur dampak keberadaan nyamuk Aedes aegypti dengan kandungan bakteri Wolbachia terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD). EDP akan melihat apakah cara ini bisa menurunkan jumlah penderita atau tidak.

Untuk mengukur seberapa jauh dampak Wolbachia, EDP akan bekerja sama dengan 19 puskesmas yang ada di Kota Jogja dan Bantul. Setiap kali ada pasien yang mengeluh demam, maka yang bersangkutan akan diperiksa sedemikian rupa.

“Setiap kali ada pasien demam satu sampai empat hari kemudian demannya tidak ada tanda-tanda karena radang telinga atua lain-lain, akan dilakukan pemeriksaan, 10 hari terakhir pergi kemana? apakah pergi ke luar Kota Jogja atau tidak? Lalu harapannya pasien DBD dari wilayah yang ada Wolbachia jauh lebih sedikit daripada wilayah yang tidak ada,” jelasnya di Kompleks Kepatihan, Kamis (22/3/2018).

Ia mengatakan, EDP telah menyebar ember sebanyak 8.000 di 40% wilayah Kota Jogja. Setiap embernya berisi 100-120 telur nyamuk yang diletakkan dalam kain flanel. Ember-ember ini kemudian ditarik pada Desember 2017, karena perkembangbiakan nyamuk sudah diatas 60%.

Seperti diketahui, Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada sel tubuh serangga dan ditemukan di 60% spesies serangga seperti ngengat, lalat buah, capung, kumbang hingga nyamuk. Namun bakteri ini tidak ada pada nyamuk Aedes aegypti yang selama ini dikenal sebagai vektor penular virus dengue. Wolbachia dianggap dapat menghambat replikasi virus dengue karena bakteri ini memiliki kemampuan dalam berkompetisi dengan virus dengue dalam merebut makanan di sel tubuh nyamuk.

Adi berharap, meskipun penelitian yang dilakukan belum final, metode ini bisa memberikan dampak, paling tidak di wilayah yang menjadi daerah kontrol. Saat ini untuk mengetahui dampaknya memang belum bisa, karena butuh waktu lebih lama. “Meskipun satu tahun sudah ada pertanda awal. Tapi untuk sampai kesimpulan, butuh waktu dua tahun.”

Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Sutaryo mengatakan untuk mengukur dampak metode Wolbachia memang masih diperlukan waktu. Sebenarnya untuk mencegah terserang DBD, sambungnya, caranya sederhana, yakni menjaga lingkungan tetap bersih, supaya nyamuk tidak punya tempat yang baik untuk berkembang biak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya