SOLOPOS.COM - Seekor sapi jawa milik Warga Desa Bedoro Pri Hartono mati setelah mengalami sakit bintul-bintul yang diduga LSD di kandang komunal di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Senin (23/1/2023). (Istimewa/Pri Hartono)

Solopos.com, SRAGEN — Kasus penyakit lumpy skin disease (LSD) di Sragen terus melejit dari 355 kasus di pekan lalu,  menjadi 552 kasus per Senin (23/1/2023). Kasus kematian sapi akibat penyakit kulit ini jadi enam kasus dengan kasus terkini  terjadi di Bedoro, Sambungmacan, Sragen, Senin lalu.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen langsung turun tangan begitu ada laporan adanya kasus LSD.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKP3 Sragen, drh. Toto Sukarno, mengatakan pengobatan berbasis laporan sudah masif dilakukan. Namun pengobatan massal se- Kabupaten Sragen dengan populasi 90.000 ekor sapi tak memungkinkan karena tak punya obat.

Dalam waktu dekat, Toto berencana mengumpulkan petugas untuk dibekali obat secara lengkap supaya langsung bergerak di lapangan begitu menemukan adanya kasus LSD.

“Sampai hari ini, sapi yang mati ada enam ekor. Dua ekor  di antaranya masih anakan, kasusnya di Baleharjo, Kecamatan Sukodono. Itu indukannya kena LSD kemudian menular ke anaknya. Sapi yang anakan itu riskan mati kalau kena LSD,” ujarnya saat ditemui wartawan, Selasa (24/1/2023).

Di Desa Girimargo, Kecamatan Miri dan Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan juga ada kasus sapi mati akibat LSD. Kemudian dua sapi dewasa di Sukodono juga mati.

Toto menyebut semua sapi yang mati itu sudah ditangani dengan pengobatan secara rutin. Agar bisa sembuh, butuh 4-5 kali pengobatan. Dalam sekali pengobatan, minimal ada empat jenis obat yang diberikan, yakni antibiotik, antiparasit, vitamin, dan antihistamin.

“Ketika ada kasus kematian dengan indikasi LSD maka sapi yang mati dikubur kemudian kandang disemprot disinfektan. Daging sapi yang terkena LSD itu biasanya rusak sehingga tidak direkomendasikan untuk dimakan,” jelas Toto.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyampaikan vaksinasi terus dilakukan untuk menghabiskan 4.000 dosis vaksin LSD yang dimiliki DKP3. DKP3 sudah mengajukan nota dinas terkait kebutuhan obat untuk atasi LSD. Bupati mengaku masih mengkaji dari mana sumber anggaran untuk pengadaan obat, apakah dari pos belanja tidak terduga (BTT) atau anggaran lainnya.

“Saya dapat laporan kasus sekarang sudah di atas 500 kasus. Kasus kematiannya masih tergolong rendah. Sapi yang terkena LSD itu biasanya tidak laku lagi. Kalau sembuh bisa digunakan untuk indukan saja, soalnya kalau disembelih dagingnya itu masih ada bekasnya,” jelasnya.

Bupati menyampaikan pengobatan penyakit LSD itu butuh waktu yang lama dan biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya