SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, JOGJA — Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Jogja meningkat pada tiga bulan pertama 2022. Dinas Kesehatan setempat mencatat ada 54 kasus DBD pada tahun ini.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Jogja, Endang Sri Rahayu, mengatakan dari tiga bulan pertama pada tahun ini, temuan terbanyak terjadi pada Januari dengan 41 kasus penularan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Total sejak Januari-Maret 2022 ada sebanyak 54 kasus DBD, sementara 2021 lalu ada sebanyak 92 kasus dan satu pasien meninggal dunia,” kata Endang, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga: Driver Grab Jogja Protes Ketentuan Tarif, Ini Jawaban Manajemen

Endang menyampaikan musim penghujan memang menjadi salah satu faktor penyebab dari tingginya kasus DBD di Kota Jogja.

“Begitu curah hujan tinggi kasusnya memang juga naik. Meskipun pola lima atau empat tahunan kadang berubah. Tapi memang polanya demikian,” ungkap Endang.

Di sisi lain, pihaknya menilai bahwa aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan masyarakat mulai mengendur akibat pandemi Covid-19. Padahal, PSN cukup penting dalam mencegah dan mengantisipasi penularan DBD.

“Inti permasalahannya memang di PSN. Karena sudah jelas, bahwa DBD ini menularnya dari nyamuk. Begitu ada tempat perindukan yang tidak dibersihkan, otomatis nyamuknya banyak dan berpotensi menularkan,” kata dia.

Baca Juga: Masa Berlaku Habis, Gubernur DIY Perpanjang IPL Tol Jogja-Solo

Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja, Emma Rahmi Aryani, mengatakan pihaknya berupaya agar penularan DBD bisa ditekan di wilayah setempat. Apalagi, di Maret ini warga yang tertular penyakit itu baru satu orang.

“Bulan Maret kan juga baru satu kasus ya, kami akan coba tekan karena yang Januari begitu tinggi dan semoga bisa ditekan,” katanya.

Menurut Emma, program nyamuk Wolbachia masih menjadi salah satu upaya dalam pengendalian DBD selain memaksimalkan PSN dan sosialisasi kepada masyarakat luas. Saat ini seluruh kemantren di Kota Jogja sudah diterapkan dengan program nyamuk Wolbachia itu.

“Dari pelaksananya yakni WMP memang terus melakukan pemantauan. Artinya tetap melihat sampel nyamuk yang disebar ke sejumlah wilayah itu apakah berwolbacia atau tidak. Sementara ini sekitar 80 persen masih,” kata dia.

Di sisi lain, pihaknya juga mengingatkan kepada masyarakat untuk gencar dan tetap waspada terhadap penularan berbagai macam penyakit di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) mesti dilaksanakan dengan optimal.

“Yang jelas masyarakat meskipun sekarang masih masa pandemi Covid-19, jangan abai dengan potensi penularan dari penyakit lain. Tetap PSN dan mau tidak mau harus waspada,” ungkap Emma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya