SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk demam berdarah. (Reuters)

Solopos.com, BANTUL — Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan yang signifikan sepanjang 2020.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, hingga akhir September 2021 tercatat ada sekitar 156 kasus DBD yang dilaporkan. Jumlah ini menurun drastis jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020, yakni 1.222 kasus.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada tahun 2020, dari 1.222 kasus DBD itu, empat di antaranya mengalami kematian yakni dua kasus di wilayah Sewon, dan satu kasus di wilayah Banguntapan dan Kasihan.

Baca juga: Dinkes Bantul Pastikan Angka Kasus DBD Pada 2021 Turun

Sementara itu pada 2019, kasus DBD yang dilaporkan Dinkes Bantul mencapai 1.323 orang, di mana 4 orang di antaranya mengalami kematian. Sedangkan pada 2018 ada 182 kasus tanpa kematian. Tahun 2017 ada 538 kasus dengan 2 kematian, dan tahun 2016 dengan jumlah kasus DBD mencapai 2.442, dengan angka kematian 4 orang.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bantul, Budi Nur Rochmah, meminta masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya DBD. Kendati, jumlah kasus DBD di Bantul mengalami penurunan yang signifikan.

“Memang ada tren penurunan, karena musim penghujan yang tidak tentu. Tapi, bisa juga underreporting, ketutup tingginya kasus Covid-19. Untuk itu kami tetap meminta warga untuk terus waspada,” katanya, Kamis (30/9).

Budi berharap warga untuk menggecarkan pemberantasan sarang nyamuk yakni melalui 3 M, menguras tempat-tempat yang menjadi perindukan nyamuk, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali limbah bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.

“Untuk fogging harap dilakukan sesuai dengan kebutuhan.,” katanya.

Baca juga: Sita Jutaan Butir Obat Keras, Polisi Bongkar Pabrik Pembuatan di Bantul

Sementara Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, mengaku selain DBD, masyarakat juga diminta mewaspadai penyakit leptospirosis yang disebabkan bakteri Leptospira yang menyebar dari urine atau darah hewan yang terinfeksi seperti tikus dan anjing.

Ia mengaku saat ini angka leptospirosis di Bantul cukup rendah, yakni 80 kasus dengan satu kematian. Meski demikian, persebaran penyakit leptospirosis itu tak boleh dianggap remeh.

“Sama seperti DBD, leptospirosis juga harus terus kami waspadai. Jangan sampai mengalami peningkatan. Untuk itu kami kampanyekan terus upaya pencegahannya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya