Solopos.com, SOLO — Film karya para sineas Solo berjudul Two Fishes and A Dish atau Dua Ikan dan Sepiring Nasi melenggang di Festival Film Tampere, Finlandia.
Penulis Skenario, Fandy Putra Mustofa, Jumat (4/3/2022), mengatakan bahwa ini merupakan tahun kedua film mereka dirilis dan masih diberi kesempatan untuk bertemu penontonnya. Karya besutan sutradara muda asal Laweyan, Bani Nasution, tersebut tayang dalam Program Spesial Indonesia bersama beberapa film pendek lainnya.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Baca juga: Festival Film Internasional Toronto Coret Delegasi Resmi Rusia
Berdasarkan penelusuran Solopos.com dari kanal resmi Festival Film Tampere, total ada 10 judul yang bakal tayang pada Sabtu (12/3/2022) dan Minggu (13/3/2022) mendatang. Judul tersebut di antaranya film fiksi Lika Liku Laki karya Khozy Rizal, selanjutnya Shin Hua karya Erick Sutanto yang merupakan karya dokumenter berdurasi 15 menit. Ditambah karya Gleinda Stefany berjudul Poor Maria, serta film fiksi berjudul Jamal karya Muhammad Heri Fadli.
Tampere Film Festival merupakan festival film pendek internasional yang telah berusia 52 tahun. Festival bergengsi tersebut menyandang akreditasi dari Academy Award, BAFTA, dan European Film Award. Tampere merupakan rangkaian dari tiga festival film pendek paling penting di kawasan Eropa.
Baca juga: 4 Film Indonesia Tayang di Netflix Maret 2022, Apa Saja?
Kolaborasi
Two Fishes and a Dish, merupakan film karya kolaborasi wong Solo, Bani dengan Fandy Putra Mustofa selaku scriptwriter dan DOP, serta Olen Saddha sebagai produser. Bani saat diwawancara beberapa waktu lalu mengatakan karya tersebut berawal dari ide Fandy untuk membuat tugas akhir perkuliahan di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Ditambah sejumlah ide dan masukkan dari Olen selaku produser.
Film tersebut menyoroti tentang aturan pemerintah dan konstruksi sosial yang membuat rapuhnya institusi pernikahan. Ketidakterbukaan dalam rumah tangga membuat relasi antara suami dan istri sekadar formalitas belaka.
Baca juga: Asale Batik Girilayu Karanganyar, Berawal dari Praja Mangkunegaran Solo
Ceritanya dimulai dari seorang perempuan yang ingin menceraikan suaminya. Namun sesampainya di rumah, ia mendapati sang suami memiliki pria idaman lain.
“Memang ada isu tentang homo seksual. Namun, yang kami soroti di sini sebenarnya soal rapuhnya institutusi pernikahan. Homo seksual hanya penegasan salah satu kasus yang ada dalam pernikahan. Kasus-kasus seperti ini ternyata ada cukup banyak di sekitar kita,” terang Bani.
Karya di bawah naungan Rumah Produksi Liar Liar Film ini dibintangi tiga seniman andalan Solo dan Yogyakarta. Mereka adalah sutradara sekaligus pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yusron Fuadi. Kedua yakni penari, koreografer, dan aktris Solo, Dwi Windarti. Terakhir, adalah pemain teater sekaligus musikus Solo, Eko Pethel.
Baca juga: Jejak SD Tertua di Solo, Tempat Anak Juragan Batik Laweyan Bersekolah
Keterlibatan tiga seniman beda lini tersebut memperkuat cerita dalam film besutan wong Solo, Two Fishes and A Dish. Bani menggarapnya menjadi film sunyi yang menggabungkan napas teater, tari, dan angle gambar dramatis. Kegelisahan perasaan mereka bertiga tak banyak disampaikan di dialog, melainkan lewat pengambilan angle gambar dan video.
“Ya, ini film sunyi. Artinya, bukan karya ramai yang banyak dialog, begitu,” terang Bani.
Proses produksi dilakukan pada 2018 silam dengan seting di rumah lawas daerah Rawa Jombor, Klaten. Namun karya Bani cs baru selesai akhir 2020 karena Pandemi Covid-19. Two Fishes and A Dish kemudian tayang perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2020, dilanjutkan pemutaran ke sejumlah festival lain.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
