SOLOPOS.COM - "Kenakalan" komposer Gondrong Gunarto menghasilkan aransemen ulang lagu-lagu karya Ki Nartosabdo dalam bobot lebih ringan, cair, dan enak didengar. (Youtube/Budaya Saya)

Solopos.com, SOLO — Mengaktualisasikan lagu dan musik karya maestro gendhing atau karawitan Ki Nartosabdo agar bisa dikenal dan dinikmati generasi Z butuh kerja kreatif dan “kenakalan”. Komposer Gondrong Gunarto mewujudkannya dalam komposisi yang memadukan gamelan dan musik modern.

Generasi Z atau gen-Z adalah generasi yang lahir setelah generasi Y. Mereka adalah generasi yang lahir pada 1995 sampai 2010. Gondrong Gunarto mengaransemen ulang gendhing-gendhing karya Ki Nartosabdo untuk generasi ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Aransemen ulang itu menghasilkan komposisi dengan bobot sangat ringan sehingga menarik minat generasi Z untuk mendengarkan. Ia ingin komposisi baru gendhing-gendhing Ki Nartosabdo itu membuat kalangan generasi Z bersedia menoleh ke belakang, menengok dan mengenal siapa Ki Nartosabdo. Penjelasan lengkap tersaji di Membaca Ulang Karya Ki Nartosabdo untuk Generasi Z.

Begitu Jembatan Gantung Girpasang di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa tengah diresmikan Ketua DPR Puan Maharani, Kamis (20/1/2022) sore, kawasan di lereng Gunung Merapi itu selalu didatangi wisawatan. Jembatan Gantung Girpasang menghubungkan Dukuh Ngringin dan Dukuh Girpasang.

Pembangunan Jembatan Gantung Girpasang menelan anggaran senilai Rp3,2 miliar. Jembatan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2021. Jembatan membentang sepanjang 120 meter di atas jurang sedalam 150 meter dengan lebar jembatan 1,8 meter.

Jauh sebelum jembatan diresmikan Puan Maharani, Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah hadir di Girpasang, Sabtu (1/8/2020). Waktu itu, Ganjar Pranowo membagikan daging kurban. Penjelasan lengkap bisa dibaca di Ada Ganjar dan Puan di Balik Jembatan Gantung Girpasang Klaten.

Kiprah dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat yang berusia 65 tahun sebagai pemimpin sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei 1945 mengilhami lahirnya Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN).

Laman Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menjelaskan Radjiman lahir di Lempuyangan, Kota Jogja, pada 21 April 1879 di keluarga yang bersahaja. Ayahnya, Sutrodono, merupakan bekas anggota KNIL. Radjiman diizinkan bersekolah di Tweede Europese Lagere School, sekolah tingkat dasar Belanda di Kota Jogja. Kisah lengkap tersaji di Kiprah dr. Radjiman di Usia Senja Ilhami Lahirnya Hari Lanjut Usia.

Semburan lumpur panas dari pertambangan milik PT Lapindo Brantas kali pertama muncul di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provisi Jawa Timur, pada 29 Mei 2006 atau 16 tahun lalu.

Semburan lumpur yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir itu disebut para ahli geologi mengandung harta karun yang kaya akan manfaat. Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1).

Ini adalah sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc. sebagai operator Blok Brantas. Semburan lumpur panas yang sudah ditetapkan sebagai bencana nasional itu mengakibatkan ribuan orang harus meninggalkan rumah mereka. Penjelasan lengkap bisa dibaca di 16 Tahun Menyembur, Lumpur Lapindo Muntahkan Harta Karun Kaya Manfaat.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan pembahasan dengan sudut pandang tajam, komprehensif, dan berdata lengkap. Konten premium menyajikan analisis mendalam atas suatu topik. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya