SOLOPOS.COM - Timsar melakukan pencarian korban Kapal KMP Rafelia 2 yang tenggelam di Selat Bali, Banyuwangi, Jumat (4/3/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Budi Candra Setya)

Kapal tenggelam di Selat Bali Maret lalu, KM Rafelia 2, telah selesai diselidiki KNKT.

Solopos.com, JAKARTA — Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap kecelakaan kapal Motor Penyeberangan (KMP) Rafelia 2 akhirnya dipublikasikan, Selasa (10/5/2016). KNKT menyimpulkan kecelakaan disebabkan stabilitas kapal yang buruk.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kapal motor yang tenggelam pada 4 Maret 2016 di Selat Bali saat melakukan pelayaran dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, menuju Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi itu menewaskan 6 penumpang.

Ketua Sub Komite Kecelakaan Transportasi Laut KNKT yang juga Ketua Investigasi Kecelakaan Tenggelamnya KMP Rafelia 2, Aldrin Dalimunthe, menjelaskan stabilitas kapal saat berangkat sudah tidak memenuhi kriteria stabilitas kapal yang baik.

“Syarat beban kapal melebihi dari syarat maksimum yang diizinkan,” ungkapnya dalam siaran pers, Selasa.

Selanjutnya, dia mengatakan akumulasi air laut yang cukup banyak di geladak kendaraan saat kapal berlayar menyebabkan penurunan stabilitas kapal dengan cepat. Masuknya air laut ini berasal dari gelombang haluan yang masuk melalui pintu rampa haluan yang tidak tertutup. Kapal menjadi miring dan tidak dapat kembali tegak.

Menurutnya, dibukanya pintu rampa sejajar dengan permukaan air laut serta lepasnya pintu rampa dari engsel membuat air laut semakin banyak masuk ke geladak kendaraan. Hal itu juga mempercepat laju kemiringan kapal.

“Kemiringan kapal ini diikuti oleh bergeraknya muatan di geladak kendaraan dan makin memperburuk stabilitas,” tegasnya.

Selain itu, KNKT juga melihat bahwa kapal sejenis KMP Rafelia 2 secara teknis tidak dapat dioperasikan di dermaga jenis Landing Craft Machine (LCM). Pasalnya, dermaga ini terdiri atas landasan beton tanpa perangkat tambahan.

Lebih lanjut, investigasi KNKT telah menemukan adanya kekurangan pengawasan terhadap pola operasi kapal termasuk proses pemuatan dan penataan muatan oleh pihak operator maupun pengawas keberangkatan kapal. Selain itu, modifikasi dan pola operasi pintu rampa haluan juga turut berkontribusi pada kecelakaan.

Berdasarkan hasil Investigasi, KNKT menyimpulkan bahwa faktor yang berkontribusi pada kejadian ini yaitu akibat pemuatan. Sarat kapal mengalami kelebihan 0.6 m (559 ton) dibandingkan pada sarat kapal 2,7 m sehingga stabilitas kapal saat berangkat tidak memenuhi kriteria stabilitas kapal yang baik.

Selain faktor penyebab tersebut, faktor-faktor lainnya yang turut berkontribusi terhadap kejadian tenggelamnya KMP Rafelia 2 adalah kurang efektifnya penanganan kondisi darurat di kapal terutama pada saat awal kemiringan. Selain itu proses pengisian serta pengawasan terhadap penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kurang berjalan sesuai ketentuan.

Perhitungan stabilitas kapal tidak dapat dilakukan oleh awak kapal terkait karena waktu sandar yang sangat terbatas dan tidak adanya data berat kendaraan yang naik ke kapal penyeberangan. Faktor lainnya adalah kendaraan tidak dilashing/diikat, dan kurangnya konsistensi pelaporan soal modifikasi konstruksi kapal.

KNKT selanjutnya akan menyampaikan rekomendasi keselamatan kepada pihak-pihak terkait untuk dijadikan acuan perbaikan keselamatan kapal dan mencegah terulang kembali. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang turut hadir pada acara tersebut berharap hasil investigasi bisa menjadi evaluasi penyelenggaraan transportasi.

“Ini penting, ke depan perlu sinergi antar pihak pusat, daerah, dan stakeholder. Oleh karena itu, perlu ada evaluasi dari penyelenggaraan jasa transportasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya