SOLOPOS.COM - Penggagas Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi, memberikan pengarahan kepada anak-anak saat bermain lumpur di kawasan Kampung Lali Gadget di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (26/12/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, SIDOARJO — Suara gelak tawa anak-anak bersautan di Kampung Lali Gadget, Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (26/12/2021) pagi. Seratusan anak-anak dengan riang gembira bersama di tempat itu.

Mereka tidak sedang bermain game online atau menonton tayangan di YouTube. Melainkan anak-anak itu sedang bermain berbagai permainan tradisional. Ada yang bermain bakiak, balap godhong (daun), sepatu kuda, damparan, balap kreweng, uncal sarung, hingga bermain lumpur di sawah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Angelita Naila Sidqiyah, 7, dan Muhammad Iqbal Kurniawan, 9, tampak tak sabar untuk mengikuti berbagai permainan yang diselenggarakan pada pagi itu. Kedua bocah dari Desa Pagerngumbuk ini sudah bersiap untuk mengikuti berbagai permainan dalam kompetisi dolanan tradisional Nusantara pada ajang Elingpiade yang diselenggarakan di Kampung Lali Gadget.

Dengan mengenakan mahkota yang terbuat dari daun, Naila dan Iqbali bersama timnya beradu kecepatan dengan tim lainnya. Keceriaan terlihat jelas dari wajah bocah-bocah itu. Saat berhasil memenangi kompetisi dolanan tradisional, anak-anak itu terlihat semakin bergembira.

Baca Juga : Kirab Boyongan Bakul Pasar Legi Solo, Penanda Pindahan ke Bangunan Baru

Di sisi lain, anak-anak juga sangat bersemangat bermain mandi lumpur di arena permainan lumpur di sawah. Anak-anak bisa bermain sesuka hati untuk mandi lumpur tanpa dimarahi orang tua mereka. Gelak tawa semakin kencang saat ada salah satu anak terpeleset hingga badannya dipenuhi lumpur.

Itu menjadi salah satu pemandangan aktivitas saat kegiatan bersama di Kampung Lali Gadget. Kampung Lali Gadget merupakan inisiasi dari seorang pemuda desa setempat bernama Achmad Irfandi bersama pemuda lain.

Pemuda 28 tahun itu mengatakan Kampung Lali Gadget digagas sejak 2018 lalu. Kampung ini dibentuk atas keresahannya terhadap anak-anak yang kecanduan main gadget. Karena kecanduan, dampaknya anak-anak kini banyak yang lupa terhadap permainan tradisional dan tidak mengenal kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya.

“Atas keresahan itu, akhirnya mendorong saya bersama teman-teman untuk menciptakan entitas baru di kampung. Kami menciptakan lahan bermain, mendampingi anak-anak bermain, menjadi pelaku yang mengajak anak-anak bermain. Itu yang ada di Kampung Lali Gadget,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com.

Baca Juga : Daging Tebal, Ikan Nila Hitam Asal Ponggok Langganan Dikirim ke Papua

Irfandi menuturkan anak-anak tidak diharamkan bermain gadget atau berselancar di dunia maya. Baginya, gadget dan internet adalah suatu perkembangan teknologi yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun, tentu harus ada batasan. Khususnya bagi anak-anak yang sedang dalam usia berkembang.

Di Kampung Lali Gadget, Irfandi menyampaikan anak-anak memiliki alternatif lain untuk bermain. Sehingga permainan tradisional ini menjadi penyeimbang penggunaan gawai.

Menurut dia, dampak kecanduan gadget sangat meresahkan. Anak-anak tidak lagi mengenal budaya, anak-anak tidak bisa tumbuh kembang secara maksimal sesuai usianya, dan anak-anak tumbuh dewasa lebih cepat.

“Kondisi-kondisi ini yang tidak diinginkan. Bahkan ada berita yang menyebut bahwa ada anak yang masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget, anak kecanduan game online. Ini yang menjadi kekhawatiran bersama,” kata alumnus Universitas Negeri Surabaya itu.

Baca Juga : Mobil Listrik Antik Wisata Solo Meluncur Akhir Pekan Ini, Cek Tarifnya

Bagi Irfandi, tempat yang tepat untuk mengembalikan keceriaan dan kegembiraan anak-anak melalui permainan tradisional di desa. Sehingga anak-anak bisa bermain dengan ceria serta mengenal budaya lokal yang memiliki nilai adi luhung.

kampung lali gadget sidoarjo
Kegembiraan anak-anak bermain lumur di sawah di kawasan Kampung Lali Gadget, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (26/12/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Awal Berdirinya KLG

Berdirinya Kampung Lali Gadget (KLG) ini berawal dari berbagai kegiatan literasi, mendongeng, mewarnai, dan bermain permainan tradisional. Kala itu, Irfandi beserta pemuda desa setempat mengundang anak-anak dari sekolah untuk datang ke tempatnya untuk bermain bersama.

Dia tidak menyangka inisiasinya membuat wahana edukasi bagi anak itu mendapat sambutan positif dari masyarakat. Pada pertemuan awal hanya ada 60 anak, kemudian pada kegiatan kedua datang sebanyak 100 anak, dan kegiatan ketiga yang hadir bertambah menjadi 475 anak.

“Sejak itu, nama Kampung Lali Gadget meledak. Kegiatan bermain bersama pun dilakukan hingga kini. Ini karena anak-anak beserta orang tuanya menyukai kegiatan di sini,” ujarnya.

Baca Juga : Mulai 1 Januari 2022, Tarif Rapid Test Antigen di 83 Stasiun Rp35.000

Niatnya untuk membantu anak-anak dalam mengendalikan kecanduan gadget ternyata tidak seluruhnya dinilai positif oleh sebagian warga. Ada warga yang tidak suka dengan berbagai kegiatan di KLG. Meski demikian, Irfandi menganggap hal itu sebagai tantangan dan berbenah untuk terus membuat kegiatan di tempatnya supaya lebih bermanfaat.

Seiring berjalannnya waktu, Kampung Lali Gadget pun semakin eksis dan semakin banyak kegiatan yang digelar. Anggapan-anggapan miring terkait KLG pun akhirnya sirna dan berubah menjadi dukungan positif.

Hingga akhirnya pada Mei 2020, Irfandi bersama teman-temannya menjadikan Kampung Lali Gadget sebagai yayasan secara resmi. Kegiatan edukasi permainan trdisional pun semakin sering digelar.

Saat ini, bukan hanya anak-anak di wilayah Sidoarjo saja yang mendatangi KLG untuk bermain. Melainkan juga berasal dari kota/kabupaten tetangga. Seperti kegiatan Elingpiade pada Minggu (26/12/2021), anak-anak dari berbagai daerah, seperti dari Malang, Mojokerto, Bojonegoro, dan lainnya datang ke KLG untuk bermain bersama.

Baca Juga : Jurus Jitu Xiaomi Bikin Kolaborasi Interface, Iklan dan Game

Ajari Literasi Digital ke Anak

Irfandi meyakini kecanggihan teknologi dan kecepatan internet akan mendukung perkembangan pengetahuan anak. Namun, ketika anak sudah kecanduan terhadap gadget justru yang didapat adalah hal-hal negatif. Untuk itu, penggunaan gawai bagi anak perlu diawasi dan dibatasi.

Anak-anak usia sekolah dasar kini sebagian besar sudah dipegangi handphone oleh orang tuanya. Bukan hanya untuk kebutuhan sekolah online saja, tetapi juga untuk kebutuhan hiburan serta alat bermain.

Meski telah dipegangi handphone, ternyata sebagian besar anak tidak dibekali dengan literasi digital oleh orang tuanya.

“Padahal literasi digital ini sangat penting diberikan ke anak. Supaya anak-anak terarah saat browsing di internet. Ini yang belum diimbangi,” kata peraih Pemuda Pelopor Provinsi Jawa Timur itu.

Baca Juga : Ini Stategi Pemkab Karanganyar Halau Kerumunan saat Malam Tahun Baru

Irfandi bahkan melihat bahwa banyak anak-anak tidak memahami etika dalam penggunaan media sosial dan aplikasi perpesanan instan. Dia mencontohkan saat menghubungi orang tua melalui aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, mereka kerap tidak menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menggunakan kata salam.

“Begitu juga di media sosial, anak-anak itu tidak bisa berkomunikasi baik dengan orang yang lebih tua. Ini karena mereka tidak pernah dibekali bagaimana menggunakan media sosial yang baik. Ini salah satu yang ingin kita ubah,” ujar dia.

Pihaknya juga menggandeng sejumlah sukarelawan untuk membantu mengajarkan mengenai parenting bagi orang tua. Menurut dia, orang tua pun harus diberi pemahaman supaya bisa melindungi anak-anak dari dampak buruk kecanggihan teknologi komunikasi.



“Jadi, saat anak-anaknya sedang bermain dengan teman sebayanya. Orang tuanya yang mendampingi juga diberi pengarahan. Kita adakan pelatihan parenting bagi orang tua. Itu biasanya ada sukarelawan yang memang bergiat di bidang parenting maupun seorang psikolog yang hadir di Kampung Lali Gadget,” terang penyandang gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya itu.

Baca Juga : Jadi Majelis Masyayikh, Ini Tugas Ustaz Yusuf Mansur

Bermain dan Belajar dari Alam

Di Kampung Lali Gadget juga disediakan berbagai buku cerita dan pengetahuan. Anak-anak tidak hanya bisa bermain-main saja, tetapi juga bisa membaca buku-buku itu. Tentunya dengan pendampingan para sukarelawan.

Irfandi mengatakan Tuhan telah menyediakan berbagai mainan di alam. Tanpa membutuhkan biaya, apalagi kuota internet, anak-anak sebenarnya sudah bisa membuat mainan dengan bahan yang tersedia di alam.

Seperti daun-daunan yang tersedia melimpah di lingkungan sekitar. Anak-anak diajari bagaimana memanfaatkan daun untuk bermain. Begitu juga batu, kayu, air, dan tanah. Dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar, tentu akan mengasah kreativitas anak dan menumbuhkan daya imajinasinya.

“Alam sudah menyediakan itu. Tinggal kita kenalkan bagaimana cara bermainnya,” ujarnya.

Baca Juga : 8 Hari, 5.151 Anak Sukoharjo Usia 6-11 Tahun Disuntik Vaksin Covid-19

Bukan hanya bermain, di kampung ini anak-anak juga diajari berkebun, bercocok tanam, hingga membudidayakan ikan. Di sawah anak-anak bukan hanya untuk bermain lumpur, melainkan dikenalkan bagaimana seorang petani menanam padi hingga menjadi beras yang bisa dimakan. Menurutnya, pengenalan terhadap alam itu akan membuat anak semakin menghargai lingkungan dan makanan.

Keceriaan anak-anak di Desa Pagerngumbuk ternyata didengar anak-anak dari berbagai daerah. Setiap pekan ada saja anak-anak dari perkotaan yang datang ke desa itu untuk bermain dan belajar bersama di alam terbuka.



Bahkan tidak sedikit orang tua yang rela membayar supaya anaknya bisa bermain di Kampung Lali Gadget.

“Jadi, kalau ada orang tua atau sekolah yang ke sini pada hari aktif, biasanya dikenai biaya booking. Biaya ini yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di Kampung Lali Gadget. Istilahnya, subsidi silang. Tapi, kalau ke sini hari Minggu, tidak dikenakan biaya apapun. Semua gratis. Namun, kalau mau berdonasi ya dipersilakan,” jelas Irfandi.

Baca Juga : Jessica Mila Pegang Teguh Prinsip Gaya Hidup Hemat

kampung lali gadget sidoarjo
Anak-anak bermain permainan tradisional sepatu kuda di kawasan Kampung Lali Gadget di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (26/12/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Pendidikan Karakter Anak

Menurut Irfandi subtansi belajar bukan hanya berada di sekolah formal. Tetapi, bermain di lingkungan juga bisa menjadi tempat belajar. Terutama mendidik karakter anak.

Baginya karakter akan muncul ketika anak itu berinteraksi dengan orang lain. Karakter mau mengalah, mau berjuang, gigih, hingga karakter tolaran terhadap orang lain juga bisa ditanamkan dari bermain di alam. Seperti permainan bakiak, anak-anak yang terlibat dalam permainan ini harus kompak supaya bisa berjalan dengan seimbang. Tidak boleh ada satu anggota dalam kelompok itu yang merasa lebih hebat. Katika itu terjadi, maka akan merusak kekompakan dan tidak bisa berjalan dengan seimbang.

Menurut dia, anak-anak sudah lelah dan bosan dengan pelajaran dan hafalan di sekolah. Untuk itu, saat berada di tempat ini, anak-anak dibebaskan untuk melakukan berbagai kegiatan sesuka mereka. Namun, tetap dalam pengawasan relawan.

“Bagi saya, pendidikan itu bukan yang menghafal, bukan yang berkompetisi untuk mendapatkan nilai yang bagus. Belajar di alam seperti ini bisa menjadi alternatif untuk mencari pengetahuan baru. Anak-anak bisa belajar langsung dari alam.”

Baca Juga : Gibran Wali Kota Terpopuler Sepanjang Tahun 2021

Tidak Lagi Kecanduan Gadget

Anak-anak di Desa Pagerngumbuk merasakan dampak positif dari keberadaan Kampung Lali Gadget ini. Hari-hari mereka kini tidak melulu memelototi gawai untuk mendapatkan hiburan. Mereka kini bisa setiap saat bermain dengan teman sebayanya.



Salah satu anak di desa itu, Angelita Naila Sidqiyah, 7, menuturkan dirinya hampir setiap hari mendatangi KLG untuk bermain dan belajar. Dia merasa senang bisa bermain di tempat tersebut.

“Saya punya HP. Tapi kalau sudah di sini, enggak bawa HP. Senang bisa bermain-main di sini. Karena bisa bertemu dengan teman-teman,” kata siswi II sekolah dasar itu.

Hal senada juga dikatakan Muhammad Iqbal Kurniawan. Anak laki-laki berusia sembilan tahun itu bercerita dirinya kini sudah bisa membatasi bermain handphone. Dia lebih memilih bermain di Kampung Lali Gadget bersama teman-temannya dibandingkan terus menerus memegang handphone.

Baca Juga : Hore! BST Koridor 5-6 via Solo Baru dan Bekonang Mulai Beroperasi Lur

“Kadang masih main game [online] di HP. Tapi tidak lama. Kalau main di sini kan asyik, bisa ketemu sama teman-teman,” ujar siswa kelas III sekolah dasar tersebut.

Seorang warga desa setempat, Eni Amaliya, merasakan dampak positif dari keberadaan Kampung Lali Gadget yang digagas Irfandi. Dia mengatakan anaknya kini tidak lagi kecanduan bermain smartphone. Anaknya kini lebih aktif dan senang bermain bersama di KLG.

Eni mengaku sedih saat anaknya lebih sering bermain gawai di rumah. Menurut dia, hal itu tidak baik untuk kesehatan mentalnya dan kehidupan sosialnya.

Dia sebenarnya tidak melarang anaknya bermain gadget. Apalagi selama masa pandemi Covid-19, pembelajaran dilakukan secara online. Tetapi, kalau kecanduan tentu dampak negatif yang lebih dirasakan.

Baca Juga : Menperin Usul Mobil di Bawah Rp250 Juta Tidak Termasuk Mewah



“Sebenarnya tidak melarang. Anak juga bisa belajar kan lewat internet. Tapi kalau kecanduan kan juga bahaya. Saya senang ada KLG. Karena di sana, anak saya bisa bermain dengan temannya dan bisa juga belajar. Jadi enggak HP-an terus,” kata Eni yang rumahnya dekat dengan markas KLG.

Warga lain, Diah Arianti, mendukung kegiatan positif yang diselenggarakan KLG. Sebagai ibu yang juga seorang pekerja, keberadaan KLG memberikan dampak positif. Karena anaknya kini bisa bermain di tempat itu tanpa harus kecanduan bermain gadget.

“Saya kan setiap hari kerja. Kalau melihat anak main HP terus kan juga sedih. Sejak ada KLG, anak saya bisa bermain di sana dengan teman-temannya. Jadi lupa sama HP-nya,” kata dia.

Penerima SATU Indonesia Awards

Kegigihan Irfandi dan teman-temannya di Kampung Lali Gadget mendapat perhatian dari khalayak. Gerakan untuk mengurangi kecanduan gawai bagi anak-anak itu pun mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk melalui penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.

Baca Juga : Puncak Kunjungan ke Gembira Loka Zoo Diperkirakan 6.000 Wisatawan

“Saya sudah mendaftar di SATU Indonesia Awards sejak 2019. Saat itu enggak lolos. Tahun 2020 daftar lagi, enggak lolos. Tahun 2021, saya daftar lagi, dan Alhamdulillah bisa lolos. Ini menjadi proses berharga bagi kami,” kata dia.

Irfandi terpilih menjadi finalis di ajang tersebut dalam kategori penggerak koservasi budaya melalui Kampung Lali Gadget. Dia berharap program di KLG bisa semakin berkembang dan menginspirasi banyak orang. Menurutnya, menyelamatkan anak-anak dari kecanduan gawai menjadi pekerjaan bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya